Oleh Eny Nur Hayati*
Organisasai perempuan Muhammadiyah, yakni Aisyiyah, yang didirikan oleh oleh Siti Walidah atau yang biasa dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan bersama dengan suaminya, Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 19 Mei 1917 (27 Rajab 1335 H) di Yogyakarta ini, mempunyai sejarah panjang dalam pembinaan perempuan Indonesia.
Dalam laman aisyiyah.or.id disebutkan, cikal bakal organisasi ini dimulai dari kelompok pengajian Sopo Tresno yang dimotori oleh Nyai Ahmad Dahlan. Dalam upaya untuk membentuk organisasi perempuan yang konkret, Aisyyiah lalu ditetapkan sebagai nama organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah.
Nama Aisyiyah terinspirasi atas kecerdasan Aisyah, istri Baginda Nabi Muhammad SAW. Gerakan Aisyiyah sama halnya dengan Muhammadiyah konsen dengan pendidikan umat, dan pembinaan perempuan. Di bidang pengembangan pendidikan, Aisyiyah adalah organisasi perempuan pertama di Indonesia yang menyelengarakan pendidikan anak usia dini pada tahun 1919.
Sejak awal berdirinya, Aisyiyah telah memainkan peran penting dalam memajukan perempuan Indonesia. Organisasi ini telah mendirikan banyak sekolah, rumah sakit, dan klinik untuk membantu perempuan dan anak-anak. Aisyiyah juga aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi, seperti membantu korban bencana alam dan memberdayakan perempuan prasejahtera.
Dalam laman Aisyiyah studies.org, organisasi telah berkembang cukup baik. Hingga kini Aisyiyah mengelola 4.560 satuan pendidikan, 280 fasilitas kesehatan, 459 organisasi sosial, dan 503 industri usaha kecil. Saat ini Aisyiyah memiliki jaringan yang tersebar luas di 34 provinsi, 370 daerah kabupaten/kota, 2.332 cabang atau kecamatan, dan 6.924 ranting atau desa.
Milad Aisyiyah
Bertepatan dengan milad ke-107 Aisyiyah, tema yang diambil adalah “Memperkokoh dan Memperkuat Dakwah Kemanusiaan Alam Semesta. Mengutip Tri Hastuti Nur Rochimah, Sekretaris PP Aisyiyah dalam laman umko.ac.id disebutkan, dakwah kemanusian semesta dimaknai sebagai dakwah yang melintas batas agama, bangsa, dan negara.
Melalui tema tersebut, Aisyiyah mengingatkan kembali masyarakat Indonesia, bahwa perempuan berkemajuan dalam perspektif Islam didorong untuk menjalankan peran keagamaan yang menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan semesta yang rahmatan lil ‘alamin.
Di era modern yang penuh dengan kompleksitas dan tantangan, peran Aisyiyah dalam mengokohkan dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta semakin penting. Sebagai organisasi perempuan Islam terbesar di Indonesia, Aisyiyah memiliki potensi dan sumber daya yang besar untuk berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita kemanusiaan yang adil, bermartabat, dan sejahtera.
Dalam mewujudkan dakwah kemanusiaan di era modern saat ini, tentu tidak lepas dari tantangan yang dihadapi. Tantangan yang dihadapi Aisyiyah di era modern ini di antaranya, adanya pergeseran nilai dan budaya yang pesat, yang dapat memengaruhi pemahaman dan pengamalan agama, perkembangan teknologi yang membawa peluang dan tantangan baru dalam dakwah. Persoalan kemanusiaan yang kompleks, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, dan bencana alam, membutuhkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.
Namun, dengan sumber daya yang dimiliki, Aisyiyah juga memiliki potensi besar dalam pengembangan dakwah kemanusiaan semesta, berupa modal sosial yang kuat, yaitu jaringan organisasi yang luas, kader-kader yang militan, dan basis massa yang besar. Komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Selain itu, juga pengalaman panjang dalam dakwah, sehingga memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai persoalan kemanusiaan
Dengan adanya tantangan dan potensi yang dimiliki oleh Aisyiyah tersebut, strategi dakwah yang bisa dilakukan adalah, pertama, memperkuat pemahaman dan pengamalan Islam. Aisyiyah perlu memperkuat pemahaman dan pengamalan Islam yang rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kedua, memaksimalkan pemanfaatan teknologi dalam dakwah, seperti pemakaian media sosial, website, Ketiga, mengembangkan program-program kemanusiaan yang inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai persoalan kemanusiaan, dan keempat, membangun kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan dunia usaha.
Dengan semangat milad ke-107, Aisyiyah akan semakin memperkokoh dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta. Sebagaiamana tema milad yang dipilih saat ini, Aisyiyah semakin berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita kemanusiaan yang adil, bermartabat, dan sejahtera. Dakwah Aisyiyah diharapkan dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, mencerahkan kehidupan umat manusia, dan membawa kemajuan bagi peradaban bangsa.
*) Eny Nur Hayati, Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah Cemandi, Sedati, Sidoarjo.
CATATAN: Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya.