Pandemi Covid-19 terbukti telah membawa dampak berupa rontoknya pilar perekonomian atau bisnis, tak terkecuali Eco-Wisata Kopi di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk membangkitkannya kembali pascapandemi, tentu butuh energi ekstra, baik pemikiran, rebranding, maupun tambahan investasi. Untuk men-support maksud tersebut, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Kelompok 65 Gelombang 7 Program Pengabdian Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (PPM UMM) menggelar Amadanom Kopi Festival (Amkofest) pada Sabtu, 10 September 2022. Kelompok yang terdiri atas: Rahmalia Dewina (Koordinator), Narendra Darajati Wiratmaja, Siti Shakira, M. Andueni Budi Jaya, dan Raihan Nustra Harsono ini, berupaya agar eco-wisata yang mati suri selama masa pandemi, kembali bangkit dan terus berkembang. Berikut catatan mereka.
Ketika mendapati kondisi Eco-Wisata Kopi di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, benar-benar berat dan nyaris mati suri akibat terhempas pandemi Covid-19, kelompok mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI), FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini harus berpikir keras, bagaimana menemukan solusi terbaik. Mereka tergerak dan empati mereka terusik untuk melakukan sesuatu guna menyelamatkan icon eco-wisata desa tersebut. Syukur, kalau ikhtiar mereka kelak mampu membangkitkan dan mengembangkannya hingga gaungnya tidak hanya menggema di Dampit, Malang, tapi juga secara nasional, bahkan internasional.
Ya, mereka merasa terpanggil karena tengah menempuh program pengabdian kepada masyarakat. Sebanyak 5 mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok 65 Program Pengabdian Mahasiswa (PMM) pada masyarakat di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ini menemukan solusi. Mereka akhirnya menggelar event bertajuk “Amadanom Kopi Festival (Amkofest), Sabtu, 10 September 2022 silam. Event ini dimaksudkan untuk mem-branding kembali (rebranding) Eco-Wisata Kopi Amadanom yang cukup lama mati suri, terdampak oleh pandemi Covid-19.
Event tersebut telah terlaksana, berjalan lancar dan sukses. Beberapa acara digelar, di antaranya lomba cipta menu berbahan dasar kopi, pameran kopi oleh pemilik usaha kopi lokal se-Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Tak hanya itu, tamu undangan yang sekaligus memberikan support juga mengalir dari sejumlah stake holders di luar Dampit. Mereka, di antaranya datang dari: Filosofi Kopi Turen, Akartana Coffeehouse, Ratu Swalayan, juga Karang Taruna Amadanom Selatan, hingga NgalamNgopi yang telah menjadi media partner sekaligus penghubung Kelompok 65 PMM UMM dengan para sponsor.
Tak hanya itu, untuk kepentingan sosialisasi dan publikasi, selain menggandeng media partner, kelompok mahasiswa ini juga aktif memviralkan di media-media sosial pada jejaring yang mereka miliki. Tujuannya cuma satu: agar eco-wisata tersebut dikenal publik dan terkenal, serta bisa mendunia.
Event ini pun banyak mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, seperti pejabat Kecamatan Dampit, Petugas Pendataan Lapangan (PPL) Kabupaten Malang, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), hingga kalangan media partner dan juga sponsor. Mereka sepakat untuk membuka kembali peluang pengembangan Eco-Wisata Kopi Amadanom.
Selain untuk eco-wisata dan edu-wisata bagi pelajar dan mahasiswa, lokasi dengan luas setengah hektar dan mampu memproduksi 7 kwintal/tahun kopi Robusta Dampit ini, juga dilengkapi ruang pertemuan untuk rapat (meeting room). Selain itu, juga kerap sebagai sarana pelatihan bagi pelajar dan kawula muda guna menanamkan kecintaan mereka terhadap kopi lokal dan bagaimana cara mengolah dari biji kopi, hingga penyuguhan kopinya dengan citarasa yang khas.
Perkembangan terakhir, menurut Nurdiyanto, pengelola dari Kelompok Tani Amadanom, eco-wisata ini secara perlahan menunjukkan progres atau perkembangan menuju kebangkitan kembali. Hal ini juga dibenarkan oleh Erham Nurul Muchlisin, Ketua Karang Taruna Amadanom Selatan yang juga terlibat dalam pengelolaan eco-wisata tersebut.
“Alhamdulillah, sejak ada event yang dilakukan adik-adik mahasiswa kapan hari, pelan-pelan mulai ada perkembangan. Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama Eco-Wisata Amadanom ini bangkit kembali,” ujar Nurdiyanto, yang diamini Erham seraya menambahkan, eco-wisata yang dikelola mulai berkembang secara perlahan melalui pemaksimalan pemanfaatan tempatnya.
Para mahasiswa Kelompok 65 PMM UMM pun merasa lega atas capaian atau progres eco-wisata tersebut. Sebagai elemen kampus yang telah menyelesaikan pengabdian di desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, khususnya di Eco-Wisata Kopi Amadanom, mereka berharap agar perkembangan dan pemanfaatan kebun kopi itu bisa maksimal lagi.
Pada gilirannya, harumnya Eco-Wisata Kopi Amadanon tidaknya semerbak di Dampit, tetapi mampu menembus ruang-ruang maniak kopi secara regional maupun nasional, bahkan internasional. (*)