SIDOARJO (RadarJatim.id) Pengrajin batik khas Sidoarjo saat ini jumlahya terus menurun. Agar batik khas Sidoarjo tetap lestari dan bertahan perlu keterlibatan semua komponen yang ada di Kabupaten Sidoarjo untuk turut mendukung keberadaan batik khas Sidoarjo.
Saat ini banyak kendala yang dialami para pengrajin batik khas Sidoarjo, seperti semakin mahalnya upah pekerja dan biaya produksi, sulitnya pemasaran hingga kurangnya dukungan dari pemerintah. Keluhan itu seperti yang disampaikan salah satu distributor batik khas Sidoarjo di Dusun Kauman Desa Kedungcangkring, Kecamatan Jabon, Lutfi Aerjaka saat bertemu Dewan Pakar DPP Parta Geridra Ir H Bambang Haryo Soekartono (BHS), Kamis (6/10/2022).

“Sekarang ini ongkos membuatnya mahal, UMK juga tinggi, tidak nututi (tidak cukup). Makanya kita membuatnya sekarang ini di luar daerah, dan kita pasarkan juga keluar daerah seperti ke Bandung dan Kalimantan,” kata Lutfi Aerjaka.
Dikatakan, awalnya warga di desanya banyak yang menggeluti pengerajin Batik khas Sidoarjo. Karena proses pembuatan yang mahal dan tidak adanya pasar induk yang menampung di Sidoarjo akhirnya banyak yang gulung tikar.
Pihaknya berharap ada kepedulian pihak pemerintah untuk turut melestarikan dan memasarkan produk batik khas Sidoarjo. Termasuk memberikan bantuan permodalan dan pendampingan lainnya.
Atas keluhan ini, Ir H Bambang Haryo Soekartono yang secara khusus datang ke lokasi pengrajin batik di Cangkring, Jabon dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional menyampaikan bahwa sudah seharusnya pemerintah menggaungkan dan peduli akan kelestarian batik.
“Hanya sedikit pejabat dan masyarakat yang peduli terkait perayaan Hari Batik. Padahal Batik ini sempat jadi rebutan dengan Malaysia pada zaman Presiden SBY dulu. Batik ini harus dilestarikan sebagai Budaya Bangsa,” kata BHS, panggilan akrab Ir H Bambang Haryo Soekartono.
Ditegaskan bahwa seharusnya semua komponen termasuk masyarakat turut memberdayakan, mencintai dan menggunakan Batik sebagai karakter Bangsa. Dikatakan, orang Indonesia wajib menggunakan batik.
“Ini (batik,Red) merupakan kebanggaan kita. Masyarakat Dunia seperti Eropa, Amerika dan yang lainnya telah mengakui bahwa Batik adalah salah satu karakter Budaya Bangsa Indonesia,” terang Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Jatim ini.
Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini menyampaikan bahwa pengrajin batik perlu juga didukung dari akses pemasaran. Pemkab Sidoarjo harusnya menerapkan penggunaan batik setiap 2 kali dalam seminggu untuk para pegawai yang berada di lingkungan Pemkab Sidoarjo. Dirinya sempat menyampaikan gagasan itu dalam pencalonannya sebagai Bupati Sidoarjo tahun lalu.
“Batik khas Sidoarjo harus jadi ikon oleh-oleh khas Sidoarjo. Saya sangat menginginkan batik khas Sidoarjo ini digunakan oleh seluruh komponen di Sidoarjo. Hal itu sebagai upaya menempatkan batik sebagai ciri khas atau ikon Sidoarjo,” tegasnya.
Terlebih di Sidoarjo sudah ada ciri khas batik Sidoarjo seperti motif batik udang bandeng, cangkring dan yang lainnya. “Mumpung pengerajin Batik khas Sidoarjo nya masih ada. Pemerintah harus hadir memberikan solusi. Wisatawan Sidoarjo kan bisa beli batik khas sini sebagai oleh-oleh khas daerah Sidoarjo,” ujar alumni ITS ini.
Pihaknya juga berharap agar oleh-oleh batik Sidoarjo ini bisa dijual di tempat strategis seperti area bandara hingga di rest area tol yang melintasi wilayah Sidoarjo. Tujuannya agar semakin banyak wisatawan yang membeli oleh-oleh batik khas Sidoarjo. (RED)