GRESIK (RadarJatim.id) — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik berobsesi menjadikan wilayahnya bebas atau merdeka dari stunting. Karena itu, bersama Tim Penggerak PKK, kini getol dilakukan “razia” atau pelacakan untuk memastikan, bahwa di suatu wilayah benar-benar tidak ada warganya yang masuk kategori kurang asupan gizi tersebut.
Seperti dilakukan di Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur, Kamis (30/11/2023), Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani bersama Ketua Tim Penggerak PKK Gresik Nurul Haromaini, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Gresik Mukhibatul Khusnah dan Camat Benjeng Siti Sulichah, menyusuri gang-gang kampung untuk melakukan pelacakan terhadap stunting.
Stunting, sebagaimana diketahui merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak-anak yang diakibatkan kurangnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan. Stunting dinilai menjadi ancaman terhadap kualitas hidup, baik dari sisi kecerdasan maupun kondisi kesehatan anak-anak.
Di Kabupaten Gresik, stunting juga menjadi salah satu agenda besar Pemkab. Berbagai upaya telah dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak dalam menanganinya. Hasilnya cukup menggembirakan. Tingkay stunting yang awalnya 22% pada awal kepemimpinan Gus Yani, sapaan akrab Bupati Fandi Akhmad Yani, bisa ditekan menjadi 10% pada tahun 2023. Angka ini jauh di bawah target nasional, yakni 14%.
“Namun, hal itu bukan menjadi garis finish, karena Kabupaten Gresik memasang target stunting 0%. Kita akan terus mendorong agar angka ini terus turun hingga Gresik merdeka. Saya bersama Bu Wabup (Wakil Bupati Aminatun Habibah, Red) dan Ketua Tim Penggerak PKK akan terus menyuarakan tentang stunting agar makin banyak orang yang paham. Selain itu, dukungan dari dinas terkait juga tidak akan berhenti dalam memberantas stunting,” papar Gus Yani.
Sementara Ning Nurul, sapaan akrab Ketua Tim Penggerak PKK Nurul Haromaini, mengatakan, temuan kasus stunting di Kabupaten Gresik merupakan dampak dari berbagai persoalan yang kompleks. Ini lantaran banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak.
“Faktor pertama adalah masalah ekonomi, dimana ini berkaitan erat dengan asupan gizi untuk anak. Berikutnya adalah faktor pola asuh orang tua, ditambah dengan banyaknya mitos yang ada di masyarakat. Selain itu pernikahan dini juga menjadi salah satu penyebab stunting, dan yang lainnya adalah faktor lingkungan dan penyakit bawaan,” jelasnya.
Dalam PKK, katanya, penanggulangan stunting ada pada Kelompok Kerja (Pokja) 1 hingga Pokja 4. Pada Pokja 1, PKK Kabupaten Gresik fokus pada pencegahan pernikahan dini. Sedangkan Pokja 2 fokus pada penuntasan pendidikan lewat program JAKETKU (Kejar Paket Tuntaskan Putus Sekolah).
Pada Pokja 3, lanjutnya, fokus pada penanganan sampah, dan Pokja 4 berperan secara langsung dalam kegiatan penanggulangan stunting lewat program CEKAL TANDING (Cegah dan Tangkal Stunting dengan kegiatan 10 indikator PHBS di rumah tangga).
Selain melakukan pelacakan stunting, kegiatan di Desa Klampok itu juga menjadi awal dalam program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak dan ibu hamil hingga 30 hari ke depan. Dengan begitu, diharapkan, angka stunting di Kecamatan Benjeng yang hanya ada 5 kasus stunting, tidak bertambah secara bertahap dan menjadi 0. (sto)