MALANG (RadarJatim.id) – Insan Doktor Ekonomi Indonesia (IDEI) menggelar acara kolaboratif di Desa Investasi Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jumat (11/8/2023). Acara ini dikerjasamakan dengan Universitas Brawijaya, Malang, WIRAPINDO, dan praktisi budidaya ikan. Pertemuan tersebut menjadi forum bagi para peserta untuk memperdalam pengetahuan dalam berbagai aspek pembangunan desa dan pengembangan ekonomi lokal.
Beberapa tokoh ternama turut serta sebagai narasumber, antara lain Ketua IDEI, Dr. Hary Soegiri, M.Si., MBA; Prof. Dr. Moeljadi, SU., dari Universitas Brawijaya; Mohammad Hasbi Ash Shiddiqy, seorang praktisi budidaya ikan nila, lele, dan hidroponik; serta Ir. Agus Tumulyadi, perwakilan dari Ketua Umum WIRAPINDO Pusat. Narasumber tersebut berbagi wawasan dan pengetahuan mereka tentang potensi pembangunan desa dan pemanfaatan sumber daya lokal.
Sharing session berlangsung hangat dengan mengangkat topik Terobosan Memulai Bisnis di Desa Investasi, Smart Village, bisnis ternak kambing, dan UMKM untuk Karang Taruna Desa Pandansari Lor.
Ketua IDEI Dr. Hary Soegiri menyampaikan bahwa sebuah desa yang maju dan mandiri adalah sebuah desa yang dapat mengelola sumber dayanya sendiri dan melakukan distribusi pasar serta tahu cara menjualnya.
“Jika kita berbicara sumber daya alam, Desa Pandansari Lor saya kira sudah bagus. Namun alangkah lebih bagusnya lagi apabila seluruh produk hasil dari desa ini dikemas secara apik. Kita ambil contoh produk makanan sajian di depan yang berwana hijau ini. Produk jika dikemas serapi ini maka daya ekonominya dapat meningkat,” ujarnya.
Ditambahkan, berwirausaha dapat lebih menguntungkan bila dikelola dengan telaten. Kemudian dipaparkan juga rencara agar desa ini dapat berkembang dengan memanfaatkan teknologi informasi dan menjadi desa cerdas (smart village).
Prof. Moeljadi menyampaikan desa harus dapat berkembang dan bisa berdiri secara mandiri. Dirinya mengajak warga desa untuk menjadikan desa sebagai kekuatan ekonomi yang lebih maju. Jika ekonomi desa berkembang, maka akan mengangkat seluruh perekonomian yang ada di desa. “Dalam bayangan saya nantinya desa ini menjadi salah satu tumpuan ekonomi, menjadi daya tarik kota dengan melihat sumber daya dan hasil produksinya,” ujarnya.
Pada sesi selanjutnya, Mohammad Hasbi Ash Shiddiqy berbagi pengalaman dalam budi daya ikan nila dan lele. Dia menyoroti potensi air bersih dan aliran yang konsisten di Desa Pandansari, yang sangat mendukung budi daya ikan.
“Di sini akan saya share mengenai beberapa program budi daya ikan nila dan lele yang telah kami kerjakan. Kami pernah mengerjakan Bioflok di Desa Mulya Agung. Teknologi Bioflok ini yang terpenting adalah menjaga kualitas air. Jadi air kita akan kasih probiotik, kolase agar dapat mendukung kehidupan pada air tersebut. Jadi pakan sisa ikan dan kotoran jika terkena probiotik itu malah akan menjadi gumpalan mikroorganisme yang dapat dipergunakan sebagai pakan ikan kembali,” katanya.
Agus Tumulyadi dari WIRAPINDO turut menyampaikan pengalamannya mengenai pentingnya pemasaran produk desa ke luar daerah. “Saya ingin berbagi pengalaman saja mengenai manajemen bisnis ya bapak ibu. Jika saya lihat untuk Desa Pandansari Lor ini sudah banyak produknya, juga sudah dikelola dengan baik namun satu yang kurang yakni memasarkan keluar desa. Oleh karena itu teknik hilirisasi industri diperlukan,” ujarnya.
Selain itu juga dirinya memaparkan mengenai manajemen produksi yang dapat dimplementasikan dalam semua sektor baik sektor ternak, perikanan, hingga UMKM yakni tata cara memanjamen bibitnya tepat sasaran.
Acara ditutup dengan pencanangan gerakan kewirausahaan bidang peternakan, perikanan, pengelolaan air minum, pengemasan air minum, dan penanaman tanaman obat herbal oleh IDEI. Harapannya, dapat mendorong Desa Pandansari Lor mampu mengelola dan memasarkan produk lokal dengan lebih baik dan efektif. (rio)