SIDOARJO (Radarjatim.id) Mensikapi keberadaan angkutan umum yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo kondisinya sekarang sangat memprehatinkan. Dari 46 lintasan menurun hingga 15 lintasan, dengan adanya pandemi Covid 19 ini ada 7 lintasan lagi yang kolap alias tutup.Sekarang hanya tinggal 8 lintasan yang masih aktif, itupun pendapatannya selalu merugi.
Itulah ungkapan Ketua Organisasi Pemudi Transpor Indonesia (SPTI SPSI) Sidoarjo H. Zainal Arifin dalam acara FGD (Fokus Group Discussion) yang mengambil tema ‘Rencana Implementasi Revitalisasi Angkutan Umum di Kabupaten Sidoarjo,’ digelar oleh Dinas Perubuhangan (Dishub) Sidoarjo, pada (28/3/2022) siang.
Dengan pemateri Ketua Dewan Sidoarjo H. Usman M.Kes, Agung Heru Prasongo dari Dishub Provinsi Jatim, IPTU Kharisma Afriansyah SH dari Polresta Sidoarjo dan Dr Ir H Dadang Supriyatano dari Universitas Negeri Surabaya.
Melihat kondisi tersebut, Ketua Dewan Sidoarjo Usman menegaskan harus ada beberapa hal yang mendapatkan kepastian, diantaranya jangan sampai merugikan driver/sopir termasuk pengelolanya, juga harus memberikan palayanan masyarakat dalam hal ini penumpang harus lebih aman dan nyaman. “Driver/sopir ini harus ada kepastian, karena selama ini sudah menggantungkan hidupnya menjadi sopir angkot. Bagaiamana nasib mereka nantinya juga harus mendapatkan kepastian,” tegas Usman.
Bahkan pemilik angkot yang sudah memberikan layanan berpuluh-puluh tahu ini juga harus diperhitungkan. “Itulah yang menjadi penekanan, masukan bagi kami dari DPRD agar program revitalisasi angkutan umum ini tidak ada yang dirugikan,” katanya.
Kepala Bidang Angkutan Umum Dishub Sidoarjo Ir. Moch. Rochjadi Hafiluddin, M.AP juga menegaskan kalau kegiatan FGD ini juga telah dibahas oleh Dishub Provinsi Jawa Timur, sehingga hasil ini nantinya tidak overlapping dengan apa yang menjadi harapan, rencana revitalisasi angkutan umum di Sidoarjo. “Nantinya akan dibahas, masukan apa-apa yang menjadi kebutuhan ataupun menjadi harapan pagi para pelaku usaha angkutan dan pengguna angkutan di Sidoarjo,” tegasnya.
Lanjutnya, nasib mereka kedepannya seperti apa, karena ini sudah banyak yang mati suri, karena sudah tidak diminati oleh masyarakat. Program ini salah satunya adalah untuk menggairahkan kembali kehidupan mereka. “Jadi sopir itu nantinya sudah tidak bingung dengan pendapatannya. Misalnya mereka bertugas di jalur A tiap harinya mendapatkan sekian. Nantinya mereka disubsidi oleh pemerintah, tinggal menjalankan angkotnya saja tidak bingung lagi dengan setoran dan pendapatannya,” terang Rochjadi.(mad)