GRESIK (RadarJatim.id) — Upaya pemberdayaan terhadap 21 janda (bunda yatim) binaan Masjid Agung Gresik (MAG) mulai membuahkan hasil. Bertempat di aula masjid di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Sumber, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur itu, mereka membuktikan kepiawaiannya dalam praktik membuat nasi kebuli dan aneka kue, Senin (16/1/2023).
Sebelumnya, para janda yang tinggal di beberapa kampung sekitar Masjid Agung itu diikutkan pendidikan khusus di lembaga kursus kue, roti, dan masakan “Eva” di Jalan Dr Soetomo, Gresik. Karena itu, dalam praktik membuat aneka kue dan masakan itu, juga dihadirkan owner lembaga pendidikan terapan “Eva”, yakni Zahrotul Firdaus.
“Alhamdulillah, hari ini sudah kelihatan hasilnya. Sekarang tinggal meningkatkan kapasitas mereka dengan sentuhan bisnisnya. Untuk ini, YDSF (Yayasan Dana Sosial al-Falah) siap mem-back up, misalnya untuk keperluan peralatan dan permodalannya,” ujar Ketua Takmir Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik, Ahmad Misbahul Abidin, di sela menyaksikan praktik memasak ibu-ibu binaannya, Senin (16/1/2023).
Dikatakan, program pemberdayaan, khususnya di bidang ekonomi/bisnis ini merupakan keraja sama MAG dan YDSF. Para peserta adalah binaan MAG, sementara untuk penyediaan peralatan masakan dan modal usaha akan di-support oleh YDSF.
Tentang prospes pemasarannya, tahap pertama produk mereka berupa aneka jenis nasi dan berbagai jenis kue itu akan dipasarkan kepada klien MAG yang selama ini melakukan kegiatan di masjid tersebut, termasuk memasok kebutuhan konsumsi atas kegiatan internal MAG.
“Tidak menutup kemungkinan mereka juga akan menjual di luar. Kan ibu-ibu ini juga punya banyak teman atau kenalan di luar. Intinya, ke depan kami ingin secara ekonomi mereka aman dan keberadaan masjid ini benar-benar memberikan manfaat dan solusi konkret terhadap permasalahan umat” tandas Misbah.
Ustadz Ismail, perwakilan YDSF yang ikut mengawal program pemberdayaan masyarakat lewat praktik pembuatan aneka kue dan makanan (nasi) ini mengapresiasi semangat para bunda yatim dalam belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Ia juga mengaku bangga, dalam waktu relatif singkat mereka mampu menunjukkan kemampuannya dalam bidang tataboga atau kuliner.
“Program ini awalnya berasal dari ngobrol santai antara pihak YDSF, takmir masjid, dan wartawan. Kami menyiapkan dan membelikan peralatan masaknya, menghadirkan narasumber atau instruktur, termasuk membelikan bahan untuk membuat kue dan bahan untuk makanan. Hasilnya sudah bagus kata instruktur yang mendampingi. Sekarang bagaimana masuk ke aspek bisnisnya, sehingga mereka benar-benar bisa mendiri,” kata Ismail.
Salah seorang peserta pelatihan, Ny. Mutmainah merasa senang dengan ilmu yang baru didapat dari pelatihan ini. Apalagi, pelatihan ini juga akan dikembangkan ke bisnisnya.
“Kami berharap ke depan masih terus dibimbing, dan pihak masjid atau YDSF kalau ada kegiatan, silakan memesan kue atau masakan kepada kami. Tentu saja kami masih butuh bantuan modalnya, sehingga kami bisa lebih berdaya,” ujarnya. (sto)