SIDOARJO (RadarJatim.id) — Program Sekolah Toleransi yang diprakarsai oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan bersama Dikbud Sidoarjo, terus bergerak untuk mewujudkan toleransi di sekolah tahun 2024 ini sebanyak 50 SMP Negeri dan Swata.
Ada yang menerik dalam prosesnya, dan ditengarai masih ada sisi-sisi yang belum dimanfaatkan. “Dalam memasaukkan sikap dan perilaku tolerensi itu mestinya bisa masuk melalui proses P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Namun sayangnya masih banyak guru yang belum memahaminya. Sungguh disayangkan.”
Itulah ungkapan Konsultan Program INOVASI (Kemintraan Pendidikan Indonesia-Australia) Amin Hasan, saat memberikan penjelasannya dalam ‘Soft Meeting; Pengembangan Toleransi di Sekolah Bagi Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan’ terhadap 50 perwakilan SMP Negeri dan Swasta yang masuk dalam program Sekolah Toleransi 2024.
Ia tegaskan justru saat siswa melakukan projeknya, saat-saat membuat karya-karyanya itulah toleransinya masuk, kerjasama, gotong-royong. Nilai-nilai ajar Kebhinekaan Global akan muncul. “Namun sayangnya banyak guru-guru yang beluk paham. Justru saat siswa membuat karya, para gurunya ngobrol di ruang guru. Jadi, Kebhinekaan Global itu kapan dilakukan internalisasi, kalau tidak anak-anak waktu proses,” tegas dosen kurikulum UINSA sekaligus sebagai Penyusun Kurikulum Madrasah Kemenag RI.
Lanjutnya, mestinya guru mempunyai ide apa yang mau kita tanamkan, misalnya toleransi ? “Maka di situlah waktu anak-anak proses itu yang akan ditanamkan tentang toleransi. Jadi jangan sampai anak-anak proses berkarya, gurunya ngopi di ruang guru. Kalau hal itu masih terus terajadi ya….wassalam,” ucap Amin Hasan di Fave Hotel Sidoarjo pada (18/1/2024) lalu.(mad)