SIDOARJO (Radarjatim.id) Sebanyak 778 lembaga pendidikan di Sidoarjo mulai dari TK, SD dan SMP Negeri dan Swasta telah mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), mulai tahun ajaran baru 2022/2023 ini telah siap mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar.
Kesiapan tersebut, ditegaskan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo Dr Tirto Adi MPd, usai mengikuti pembukaan TMMD di Alun-alun Sidoarjo, pada (26/7/2022) tadi siang.
Ia katakan, kalau jumlah tersebut awalnya sebanyak 78 lembaga pendidikan yang masuk dalam program sekolah penggerak. Namun, setelah pihaknya, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo terus melakukan percepatan, sehingga berkembang menjadi 778 lembaga pendidikan, dari 1.556 lembaga. “Sehingga lembaga tersebut, mulai tahun ajaran baru 2022/2023 ini sudah siap untuk melakukan akselerasi terhadap implementasi kurikulum merdeka belajar,” jelas Tirto Adi.
Dengan adanya perkembangan yang cukup signifikan tersebut, kami juga sudah bergerak untuk melakukan sosialisasi, sudah melakukan penguaatan juga sudah melakukan diseminasi. “Insya Alloh mereka sudah siap untuk menjalankan program Kemendikbud Ristek RI tersebut. Mulai tahun ini mereka siap mengimbaskan, atau mungkin sebagai Mentor untuk sekolah yang lain,” terang Pak Tirto_sapaan akrabnya.
Tirto Adi menguraikan, dari yang ditetapkan oleh Kemendikbur Ristek RI dari 78 sekolah penggerak, dengan percepatan yang dilakukan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan Sidoarjo 778 sekolah dari 1.556 lembaga. “Itulah sebabnya mereka di awal tahun ajaran 2022/2023 ini akan mengimbaskan ke sekolah yang lain. Jadi, untuk tingkat SD dan SMP sudah tercapai hampir 100 persen, dan kita perlu genjot lagi untuk tingkat TK karena capaiannya belum sampai 50 persen,” terangnya.
Bapak Literasi Sidoarjo ini juga menambahkan, bahwa untuk IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) itu, ukuranya tidak hanya sekolah yang mendaftar atau sekolah yang ditetapkan sebagai implementator kukurilum merdeka. Tetapi juga gurunya, jadi gurunya itu login, memanfaatkan platform merdeka melajar ataut tidak. “Selain sekolah secara kelembagaan dalam mengimplementasikan merdeka mengajar, ukurannya juga dilihat dari seberapa banyak guru-guru itu memanfaatkanb platform kurikulum merdeka mengajar,” tambahnya.
Lanjutnya, dari prosentasi guru yang telah memanfaatkan platform Kurikulum Merdeka Mengajar dari jumlah guru seluruhnya akan ketemu ‘adoption rate’. “Perkembangan sekarang ini, adoption rate Sidoarjo sudah diangka 80 persen lebih. Makanya kita terus mendorong bagi sekolah yang belum, agar segera memanfaatkan platform merdeka mengaajar,” pungkas Tirto Adi.(mad)







