GOJONEGORO (RadarJatim.id) — Sekitar 500 kader dan warga Muhammadiyah di Kabupaten Bojonegoro mengikuti kajian Ramadan di Aula At Taqwa Bojonegoro, Minggu (17/4/2022). Kajian yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro ini menghadirkan Prof Dr Tobroni, MSi, anggota Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti) PP Muhammadiyah, sebagai pembicara.
Acara ini diikuti oleh seluruh pimpinan daerah beserta majelis dan lembaga, pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) daerah, Pimpinan Cabang dan Ranting se-Bojonegoro.
Dalam materi kajiannya, Prof Tobroni memberikan pencerahan kepada jamaah terkait dengan teologi Al Insyirah. Menurutnya, saat ini perlu teologi baru dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, khususnya bagi warga persyarikatan Muhammadiyah.
Pembahasan teologi yang selama ini lebih diarahkan pada pembahasan tentang dzat Tuhan, yang melahirkan aliran ilmu kalam semisal jabariyah, qadariyah, juga asy ‘ariyah, saatnya perlu diarahkan pada manusianya sebagai implementasi iman yang memberikan spirit dan energi bagi kehidupan.
Teologi Al Insyirah hakikatnya adalah implementasi isi kandungan surat Al Insyirah dalam Al Quran untuk kehidupan kemanusiaan, atau yang biasa disebut tajalli. Teologi Al Insyirah berisi pengharapan, yaitu kepercayaan akan janji Allah terhadap kehidupan yang lebih baik. Juga tentang janji Allah untuk berbuat untuk masa depan yang lebih baik.
Teologi itu mengikis pandangan yang hanya berpikir masa lampau atau hanya membanggakan kejayaan masa lampau. Akibatnya, pikiran dan sikapnya terkungkung dengan kehidupan masa lampau.
“Serta kepercayaan bahwa Allah bersama kita, ada di depan kita dan yang akan menjadikan semuanya baru dan sangat indah. Kesulitan adalah tahapan untuk mencapai kemudahan dan kejayaan,” ujarnya.
Ia menambahkan, Allah adalah “mitra kerja”. Pernyataan itu melahirkan tanggapan beragam dari peserta yang membuat suasana dialog kian dinamis.
Menurutnya, bagi persyarikatan, teologi Al Insyirah telah diimplementasikan mulai dari saat berdirinya hingga masa sekarang. Itu yang membuat Muhammadiyah tetap eksis menghadapi berbagai kesulitan, hingga persyarikatan ini mendapatkan peninggian derajat, prestasi, reputasi, dan citra yang positif,
“Namun demikian, semua prestasi dan hal-hal baik itu tak membuat warga Muhammadiyah jumawa,” tandasnya.
Sementara Ketua PDM Bojonegoro Drs H Suwito, MSi, berharap warga persyarikatan tetap optimistis dalam menggerakkan organisasi yang ditinggalkan KH Ahmad Dahlan ini. Karena itu, ia minta kader dan aktivis Muhammadiyah menggerakkan organisasi itu melalui berbagai formulssi dakwah yang inheren dengan perkembangan zaman.
“Ini sesuai identitas Muhammadiyah sebagai harakah Islamiyah washatiyah atau Islam berkemajuan,” katanya. (zid)







