SIDOARJO (RadarJatim.id) — Camat Gedangan Sidoarjo sangat menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap dua sekolah negeri yang ada di wilayah menjadi sekolah percontohan, dan sudah dideklarasikan sebagai Sekolah Toleransi. Kedua sekolah tersebut adalah SMP Negeri 1 Gedangan dan SMA Negeri 1 Gedangan.
Oleh karena itu, menurut Camat Gedangan Ineke Dwi Setiawati, S.STP, MPA mengatakan kalau sudah siap menjadi Sekolah Toleransi, semua support sistem harus dibangun, keluarga dan anak-anak semua juga harus sudah diperiapkan dengan. Karena itu para guru jangan sampai bosan. Kalau perlu, kata Ineke, program Sekolah Toleransi dilakukan sejak dini yaitu di tingkat Sekolah Dasar.
Hal ini sejalan dengan visi Bupati Sidoarjo yang bagus yaitu Sidoarjo maju, berbudaya dan berkarakter. “Semoga SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Gedangan dapat menjadi sekolah toleransi yang hebat, tidak hanya di Sidoarjo dan Jatim tapi juga di Indonesia,” tegasnya.
Ineke Dwi Setiawati yang juga hadir dalam acara deklarasi menyambut baik deklarasi ini sehingga dapat menjadi branding SMAN 1 Gedangan sebagai Sekolah Toleransi. Hal itu memang berat tapi bukan berarti tidak bisa. “Saya sangat bersyukur bahwa wilayah Gedangan terpilih sebagai Sekolah Toleransi, yaitu SMAN 1 Gedangan dan SMPN 1 Gedangan yang sudah melaksanakan Deklarasi terlebih dahulu,” ungkapnya, pada Senin (13/2/2023) siang.
Ia katakan, kalau masyarakat kecamatan Gedangan memang heterogen dan banyak kaum urban yang tinggal sebagaimana bahwa Gedangan menjadi kawasan penyangga bagi kota Sidoarjo dan Surabaya. “Bahwa toleransi adalah sikap respek terhadap perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan kita menjadi semakin kaya. Keberagaman itu aset, keberagaman masyarajat kita yang sangat tinggi harus dijaga, ditingkatkan, apalagi menuju Indonesia Emas tahun 2045,” katanya.
Sementara itu Kepala SMPN 1 Gedangan, Ari Setiawan, menyebutkan bahwa deklarasi ini merupakan titik awal untuk sosialisasi toleransi setelah tiga tahun berjalan. Bahwasanya Sekolah Toleransi sudah seiring sejalan dengan P-5 karena ada prinsip kebhinekaan bahkan saling menguatkan. Dalam acara ini juga digelar pameran dan bazaar yang juga berbasis P-5. Yakni bernalar kritis, karakter kreativitas, kerjasama dan gotong royong. “Saya sepakat bahwa perlu dikembangkan di kebhinekaan global. Bersama itu tidak harus sama, tetapi saling menghargai dan menghormati,” tutupnya.(mad)







