SIDOARJO (RadarJatim.id) Ir H Bambang Haryo Soekartono (BHS) bersama tim BHS peduli berkunjung ke Pasar Sono, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Di pasar desa ini, BHS banyak menyerap aspirasi dari para pedagang dan pengunjung pasar.
Keluhan disampaikan pedagang seperti kondisi pasar yang sekarang sepi lantaran makin maraknya penjualan online. Atas keluhan itu, BHS yang juga Ketua Dewan Pembina Dewan Ketua Dewan Pembina DPD Partai Gerindra Jatim ini mendorong agar semua pihak bisa turut menghidupkan pasar, termasuk menjadikan pasar sebagai wisata belanja.
“Sebenarnya pasar ini banyak masyarakat wilayah sini, yang suka ke pasar ini karena mudah askesnya dan murah harganya. Jadi seharusnya mulai infrastukturnya, tingkat kebersihannya perlu dibenahi,” kata BHS.
Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini juga mendorong agar infrastuktur pasar desa juga dibenahi dan perlu mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten. Mengingat pasar desa juga diminati seluruh elemen masyarakat.
Seperti di Pasar Sono, kendati lingkup desa namun sehari pengunjung pasar bisa lebih dari seribu orang yang datang. Pihaknya bergarap pasar desa paling tidak layak da bisa dijadikan ajang selain berbelanja juga hiburan untuk masyarakat.
“Pasar ini tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok, tapi juga hiburan. Ke pasar hiburan, ke mal hiburan, semua ibu-ibu (pengunjung pasar,Red) bisa menyenangkan belanja di pasar,” tambah Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini.

Bagikan STB ke Pedagang dan Pengunjung Pasar
Saat datang ke pasar, BHS terlihat memborong dagangan milik para pedagang. Tak hanya itu, Bapak Petani Sidoarjo ini juga membagikan set top box atau STB, ke pedagang dan pengunjung Pasar Krempyeng Sono.
Mereka yang berhak mendapatkan STB, adalah mereka yang bisa menjawab pertanyaan BHS.Pertanyaan seputar Sidoarjo. Mulai dari kapan HUT Sidoarjo, jumlah kecamatan yang ada di Sidoarjo, masakan khas Sidoarjo, hingga Makam Auliya Pondok Sono di Komplek Gapusjat ada nama ulama siapa saja.
Ada 9 pedagang dan pengunjung Pasar Sono yang mendapatkan STB gratis dari Tim BHS Peduli. Mereka yang menerima terlihat gembira.
“Saya belum punya STB, mau beli harganya mahal. Jadi selama ini tidak bisa nonton TV,” kata salah satu pedagang.
Sementara itu, Ir H Bambang Haryo Soekartono mengaku prihatin masih banyak warga yang dijumpai di sana-sini, yang belum mempunyai atau tidak bisa membeli STB, untuk fasilitas bisa melihat televisi digital di masa sekarang ini.
“Hal seperti ini harus diketahui oleh pemerintah. Karena memaksakan program televisi digital kala kondisi masyarakat masih kesulitan dalam ekonomi. Semua tahu akibat dampak Covid-19 yang masih baru memasuki tahap normal ini. Kenyataannya masih banyak masyarakat belum bisa membeli STB,” kata BHS.
Seharusnya, program televisi digital tidak dipaksakan. Program digitalisasi pada pertelivisian, boleh jalan, namun analognya jangan dimatikan. Dia mencontohkan, seperti radio, meski gelombang radio FM (FM (Frequency Modulation) mendominasi, tapi gelombang radio AM (Amplitudo Modulation) juga tidak dimatikan. (RJ/RED)