SIDOARJO (Radarjatim.id) — Dalam memfasilitasi warga yang takut akan jarum suntik saat mau kontrol kesehatan tubuhnya, khususnya penyakit diabetes. Kini siswa MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Sidoarjo telah berhasil meciptakan alat SCAMPI (Smart Medical Camera sebagai Pendeteksi Diabetes Mellitus menggunakan Analyzer Iridiolgy Camera).
Alat tersebut diciptakan oleh tiga siswa MAN, dialah Shevalina Ramadhani Putri Setiono siswi kelas 11 IPA 6, Shofiyah Fithrotin kelas 11 IPA 7 dan Rizqi Aqilah Cahayani kelas 11 IPA 7.
Ditemui di sekalohnya pada Jumat (25/2/2023) pagi, Shevalina Ramadhani menjelaskan kalau alat tersebut diciptakan berdasarkan reset, bahwa dalam kondisi zaman modern ini banyak sekali masyarakat yang menderita penyakit diabetes. Namun proses pendeteksiannya yang masih invasif menggunakan jarum suntik. Sedangkan banyak warga Indonesia yang takut akan jarum suntik. “Berdasarkan reset tersebut akhirnya kami bertiga berinovasi menemukan ide membuat alat SCAMPI ini,” jelas Shevalina.
Ia katakan, bagaimana caranya membantu masyarakat untuk mendeteksi penyakit tanpa melalui kontak fisik. Kebetulan waktu itu masih dalam kondisi pandemi Covid 19. “Jadi kita waktu itu juga kawatir kalau bersentuhan bakal tertular Covid apa tidak, akhirnya menemukan ide membuat alat SCAMPI ini,” ungkapnya.
Sementara menurut Shofiyah, alat ini cara kerjanya tinggal mendekatkan matanya di camera, dideteksi langsung oleh lensa camera yang terkoneksi dengan aplikasi. Di aplikasi tersebut yang bertugas mendata iris matanya, dan munculkan kualifikasinya diabet atau normal. “Kalau datanya menunjukkan angka 0,50 ke bawah berarti masih normal. Kalau sudah mencapai 0,70 berarti masuk kategori diabetes tinggi,” katanya.
Ia katakan lagi, untuk hasil keakuratannya sudah kami ujikan, dan tervalidasi 90 persen, yang dibuktikan kemitraan dengan Dinas Kesehatan, Dinas PMD dan juga kemitraan dengan RS Mata. “Jadi sudah benar-bernar terferivikasi 90 persen layak pakai. SCAMPI ini juga sudah Juara I LKTTG (Lomba Karya Tulis Tepat Guna) Kabupaten Sidoarjo,” kata Shofi_sapaan akrabnya.
Shevalina juga menambahkan, jadi alat ini juga masih dalam proses penyempurnaan, yaitu mendambah data-data diabetes Indonesia agar keakurasiannya labih meningkat lagi. “Walaupun SCAMPI sudah pernah kami ujikan terhadap 30 guru-guru di sekolah,” tambah Shevalina.(mad)







