SIDOARJO (Radarjatim.id) — Sebanyak 20 mahasiswa Unipa (Universitas PGRI Adi Buana) Surabaya dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Seni Budaya, Bimbingan Konseling dan Pendidikan Jasmani, menjalankan program PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan) 1 di SMP PGRI 1 Buduran Sidoarjo.
Prosesi serah terimanya dilakukan oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Muhammad Syukron Maftuh, S.Pd, M.Pd kepada Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih, S.Si, M.Pd di Aula sekolah, Rabu (8/3/2023) pagi.
Usai serah terima, Dosen Pembimbing Lapangan, Muhammad Syukron Maftuh mengatakan, dalam program PLP 1 ini istilahnya adalah bukan guru pamong, tapi guru model. “Para mahasiswa itu nyantrik, ikut belajar, dan bukan menilai bapak/ibu guru,” katanya.
Dikatakan, dari 35 sekolah yang ditunjuk, SMP PGRI 1 Buduran merupakan satu-satunya sekolah yang dipercaya oleh Unipa untuk penempatan mahasiswa program PLP 1. “Jadi, sekolah yang lain semuanya terdiri dari SMA dan SMK. Kami memilih sekolah Adi Budaya ini, karena humanistik/keramahan, fasilitas lengkap, kompetensi guru, dan sebagai sekolah percontohan,” ungkap Syukron Maftuh.
Ia juga menyebutkan, capaian PLP 1 yaitu mahasiswa dapat mendeskripsikan penyusunan perangkat pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya. Secara nyata, temuan-temuan tersebut akan dilaksanakan di PLP 2.1.
Menurutnya, untuk PLP 1 kali ini ada yang beda, dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka dengan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), dengan 6 elemen yang berbasis kebutuhan kehidupan masyarakat. “Alhamdulillah, SMP PGRI 1 Buduran sudah lama mengimplementasikan P5 sebelum ada Kurikulum Merdeka, sehingga mahasiswa kami nanti bisa belajar banyak,” terangnya.

Sementara itu, Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih, menyebutkan kalau sekolahnya memang sudah terlebih dulu mengiplementasikan P5. Sebelum ada Kurikulum Merdeka. “Sejak dulu, sekolah kami sudah melaksanakan P5, khususnya pada pembelajaran muatan lokal pilihan, dengan pembelajaran berdiferensiasi. Muatan lokal karya seni, tata boga, tata busana, English Conversation dan seni tari,” terang Indrajayanti.
Dalam perwujudan P5, kami sudah membuat projek sebanyak 2 kali, dengan tema ‘Suara Demokrasi dan Kearifan Lokal. “Tema pertama diwujudkan dengan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS. Tema kedua diwujudkan dengan membuat Batik Tulis Khas Sidoarjo, Udeng Pacul Gowang Khas Sidoarjo dan Tari Daerah Sidoarjo, Tari Lebon Bandeng,” jelasnya.
“Alhamdulillah, Tari Lebon Bandeng yang merupakan karya sendiri guru kami ini, belum lama ini menjadi Juara 1 Cipta Tari Tingkat Kabupaten Sidoarjo. Sesungguhnya, sekolah kami sudah banyak memberikan kontribusi karya seni budaya di Kabupaten Sidoarjo,” ujarnya.
Indrajayanti Ratnaningsih menambahkan beberapa pesan khusus untuk para mahasiswa peserta program PLP 1. “Diantaranya, supaya membiasakan panggilan ‘Pak’ dan ‘Bu’ sebagaimana bapak/ibu guru, menjaga etika sebagaimana profesi pendidik, dan memfasilitasi PDBK (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus),” pungkas Indrajayanti.(mad)







