SIDOARJO (Radarjatim.id) – Upaya pendampingan penerapan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka), Kemenag (Kantor Kementerian Agama) Kabupaten Sidoarjo yang telah kerja sama dengan pihak INOVASI ((Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia) menghadirkan pengawas, kepala sekolah dan guru 7 MI (Madrasah Ibtidaiyah) untuk diberikan pelatihan.
Ketujuh MI tersebut, adalah MI Negeri 2 Sedati, MI Bilingual Muslimat NU Pucang Sidoarjo, MINU KH Mukmin, MINU Ketegan Tanggulangin, MI Muhammadiyah 2 Kedungbanteng Tanggulangin, MI Muhammadiyah 3 Penatarsewu Tanggulangin dan MI Progresif Bumi Sholawat Lebo Sidoarjo.
Hadir dalam prosesi pembukaan pelatihan IKM oleh Dr. Sugiyo, M.Pd sebagai Subkor Kurikulum dan Kesiswaan Kanwil Kemenag Jatim, didampingi Kepala MI Bilingual Muslimat NU Pucang Sidoarjo Dr. M. Hamim Thohari, S.Pd MM dan Jupriyanto selaku Islamic Education Specialist INOVASI, pada Jumat (10/3/2023) di Aula MI Bilingual Muslimat NU Pucang Jl. Jenggolo No. 53 Pucang Kec Sidoarjo.
Kepala MI Bilingual Muslimat NU Pucang Sidoarjo, Hamim Thohari mengaku sangat berterima kasih, karena telah dipercaya, ditempati sebagai pelatihan. “Semoga bisa membuat nyaman para peserta,” katanya.
Ia katakan, kalau pihaknya dalam menerapkan IKM dikombinasikan jadi satu, kebetulan saya pernah ikut pelatihan kepala sekolah IT se dunia di Singapura.”Jadi hasil pelatihan itu kami kombinasikan dan IKM. Semoga bisa diikuti dan bisa dideminasikan kepada madrasah-madrasah yang ada di Sidoarjo,” katanya.
Sementara itu, Jupriyanto mengajak para peserta untuk ‘ngebut’ bersama, karena program INOVASI ini waktunya tinggal sedikit lagi, tidak sampai akhir tahun 2023 ini sudah berakhir. “Untuk pelatihan ini waktunya dilaksanakan selama 2 hari, tanggal 10 dan 11 Matet 2023. Semoga bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Sugiyo juga mengucapkan terima kasih kepada INOVASI hang telah membantu mengembangkan madrasah di Jawa Timur. Ia katakan, IPM ini masih mengandung multitafsir, tapi apapun kurikulumnya pasti juga akan berubah esensinya. Kalau belum ketemu esensinya maka akan terombang-ambing dengan perubahan tersebut.
Bagaimana cara menemukannya, pertama pembelajaran itu harus student oriented. Jadi dimanapun pendidika orientasinya harus murid. Kedua adalah guru profesional. Bangunan seperti apapun kalau gurunya tidak profesional, orientasinya negatif. “Guru profesional itu ciri-cirinya, diantaranya memiliki kapasitas di bidangnya,” katanya.(mad)







