Oleh Dea Putri
Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) salah satu program beasiswa dari pemerintah bagi setiap warga Indonesia yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Mahasiswa penerima KIP-K akan diberi uang untuk biaya perkuliahan. Teknisnia, biaya tersebut dikirimkan langsung ke pihak instansi. Selain itu juga ada uang saku atau biaya hidup yang diterima langsung via rekening masing-masing penerima beasiswa.
Uang saku KIP-K bisa digunakan untuk apa saja asal menunjang kehidupan perkuliahan dan kehidupan penerima selama 8 semester atau 4 tahun. Dari kanal YouTube dibidikmisi.com dijelaskan, tidak ada aturan khusus mengenai penggunaan bantuan uang saku KIP-K, tetapi ada anjuran yang sebaiknya dilakukan. Misalnya, menggunakan uang untuk membeli makanan sehari-hari atau membeli buku yang memberikan manfaat bagi mahasiswa.
Akhir-akhir ini, banyak beredar isu mengenai tidak tepat sasaran dan penyalagunaan uang KIP-K. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencatat, dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) sebesar Rp 2,86 triliun yang diberikan kepada sebanyak 5.364.986 siswa tidak tepat sasaran, karena diberikan kepada siswa yang tidak layak atau tidak diusulkan menerima. Hal ini karena PIP belum memadai, selain itu kurangnya sosialisasi mengenai KIP-K di daerah terpencil yang terdapat siswa memiliki minat belajar tinggi dan melanjutkan Pendidikan, tetapi tidak mendapatkan akses informasi.
Terlepas dari baik dan buruknya, program ini banyak membantu mahasiswa kurang mampu untuk tetap melanjutkan perkuliahan dan semakin dekat dengan impian. Kuliah bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan seseorang, namun dengan gelar yang didapat, akan membuka salah satu kunci kesuksesan.
KIP-K hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan pendidikan dengan kemampuan akademik yang mumpuni, tetapi kekurangan dalam ekonomi. Bagi penerima KIP-K, uang yang diberikan cukup membantu. Tetapi, banyak dari mereka tetap kekurangan dalam memenuhi kebutuhan di tanah rantau, baik untuk kuliah, membayar kos, dan keperluan lainya. Maka dari itu. mahasiswa harus pintar dalam mengelola dan memanfaatkan uang saku KIP-K agar cukup hingga uang KIP-K selanjutnya cair. Namun, banyak hal yang tidak terduga terjadi, keperluan-keperluan yang harus dilengkapi, sehingga uang saku sudah habis sebelum waktunya.
Buka Usaha
Mengelola usaha saat masih duduk di bangku kuliah menjadi solusi terbaik dan membawa banyak manfaat bagi mahaswisa. Bedasarkan data yang dimiliki Kemenkop UKM, dari hasil survey CSIS, 73% anak muda Indonesia saat ini ingin jadi pebisnis. Namun, hanya sedikit dari mereka yang sudah memiliki bisnis. Membangun bisnis tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh ketekunan, kegigihan, kemauan serta kemampuan mumpuni. Yang terpenting adalah mempunyai modal untuk memulai itu semua.
Bagi penerima KIP-K, saat uang saku cair gunakan uang itu untuk membuat usaha kecil-kecilan bermodal uang tersebut. Cara ini menjadi alternatif agar bisa memenuhi setiap kebutuhan juga sebagai sarana belajar untuk melatih soft skill dalam diri mereka. Mulai dari hal kecil dan hal yang disukai, seperti jualan kue, makanan ringan dan lain sebagainya, sesuai kemampuan yang dimiliki. Tentu dengan mempertimbangkan uang yang ada, semuanya disesuaikan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, jumlah pengangguran di Indonesia per Agustus 2022 mencapai 8,43 jiwa dan 673,49 ribu di ataranya adalah pengangguran lulusan universitas. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya, terkait terbatasnya lapangan pekerjaan.
Mahasiswa harus pintar menghadapi hal ini agar angka penganggur tidak semakin meningkat. Bagi mereka, lulusan perguruan tinggi tentunya mengharapkan pekerjaan yang layak. Untuk menyiasati hal ini, mahasiswa bisa memulai usaha sejak duduk di bangku kuliah agar saat lulus mereka sudah mempunyai pegangan sebelum melanjutkan ke tempat kerja yang diinginkan.
Dilansir dari puplapdik kemendikbudristek.com, ada mahasiswa yang sudah memanfaatkan uang saku bea siswa Bidikmisi sebagai modal awal untuk membuka usaha, yaitu menjual ikan. pembelajaran yang didapatkan di bangku kuliah dan langsung diterapkan, berhasil meraup keuntungan walaupun masih duduk di bangku perkuliahan. Ini salah satu contoh memanfaatkan dengan baik uang saku yang didapatkan. Di saat orang lain kebingungan selepas kuliah harus bekerja di mana, ia justru mampu membuat dan mengelola usaha sendiri, bahkan mempekerjakan orang lain.
Tidak ada alasan bagi mahasiswa yang kurang untuk tidak produktif dan kreatif dengan hanya bermodal uang saku KIP-K. Meski begitu, mahasiswa harus mampu mengelola uang itu dengan baik, jangan gunakan seluruh uang saku untuk modal usaha. Hal itu bisa dimulai dengan menabung di semester saat ini dan digabung uang saku semester depan. Jangan gunakan seluruh uang saku KIP-K untuk modal usaha, mulailah dari modal kecil terlebih dahulu. Sebab, tidak setiap usaha berujung keberhasilan.
Membuka usaha dalam masa kuliah tentu memberikan banyak keuntungan tersendiri. Jika usaha tersebut gagal, maka belajarlah dari kegagalan itu untuk bangkit. Bila sukses dan berhasil, itu dapat membantu dalam mencukupi kebutuhan selama masa kuliah dan memiliki arah yang jelas setelah lulus kuliah.
Kalaupun tidak, usaha tersebut bisa menjadi kerja sampingan sebelum mendapat pekerjaan. Bahkan bukan tidak mungkin jika usaha itu dijalankan berbarengan dengan pekerjaan yang diinginkan. Maka dari itu, tidak ada ruginya memulai usaha di masa muda tidak ada alasan kekurangan biaya bagi penerima KIP-K. Uang saku sudah cukup memulai usaha kecil-kecilan dengan kemungkinan untuk rugi yang relatif sedikit.
Penggunaan uang saku KIP-K sebagai modal usaha harusnya boleh-boleh saja, mengingat tidak ada aturan khusus yang mengatur mengenai hal ini. Banyak manfaat yang didapatkan jika uang tersebut digunakan sebagi modal usaha. Setidaknya, itu bisa melatih kreativitas mahasiswa, tahu arti kerja keras dan disiplin, dan terpenting mahasiswa akan lebih menghargai setiap uang yang didapatkan. Alasannya, mereka mengetahui dan merasakan bagaimana susahnya mencari uang.
Sealin itu, juga membuat mahasiswa mampu memilah dan memilih mana yang sepatutnya dibeli dan tidak harus dibeli untuk lebih hemat, menuju masa depan yang cerah. Perlu dingat, dari kegelapan menuju kecerahan membutuhkan usaha dan pengorbanan yang luar bisa. {*}
*) Penulis adalah mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.







