Oleh Nanang Haromain
Dari enam Daerah Pemilihan (Dapil) tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kabupaten Sidoarjo, Dapil Sidoarjo 6 (Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan) ini masuk dalam kategori paling kompetitif. Kompetitif dimaknai sebagai proporsi suara pemilih yang dikuasai partai pemenang tidak tinggi, tak lebih dari 18 persen dari suara sah. Proporsi kemenangan itu tidak terpaut jauh dari proporsi penguasaan suara pemilih oleh partai-partai pesaingnya.
Dari total 184.476 suara sah, Partai Krbangkitan Bangsa (PKB) sebagai pemenang pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Dapil Sidoarjo 6 ini hanya menguasai 34.806 suara atau sekitar 18,8 persen suara. Proporsi itu terpaut tipis dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) diurutan kedua dengan total suara 32.228 (17,4 persen), kemudian selanjutnya ada Gerindra (14,4,persen) dan Golkar (11,1 persen).
Rasio konsentrasi penguasaan pemilih Dapil ini tergolong rendah. Perolehan tiga besar partai pemenang tak sampai separuh dari total suara sah. Separuh lainnya terdistribusikan ke partai politik (parpol) lainnya dengan persentase signifikan. Dengan situasi ini, peta persaingan diantara parpol yang paling memungkinkan ada perubahan penguasaan akan berlangsung di Dapil Sidoarjo 6 ini.
Hal ini berbeda dengan di daerah pemilihan lainnya, dimana PKB dominan menguasai dengan persentase perolehan suara diatas 30 persen. Dari enam daerah pemilihan tingkat kabupaten yang ada di Sidoarjo, semuanya dimenangkan oleh PKB. Meskipun PKB di Dapil Sidoarjo 6 masih unggul, selisih suara dengan partai pesaing terdekatnya itu sangat tipis, yaitu 1,4 persen.
Di Pemilu 2024, PKB kembali akan mendapatkan tantangan hebat dari PDI-P. Bahkan kalau tidak hati-hati, posisi PKB akan tergusur oleh PDI-P. Ketatnya kompetisi juga akan menjadi persoalan besar bagi partai pemenang Pemilu 2019 itu. Gerindra dan Golkar juga berambisi menambah kursi. Sementara Partai Keadailan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) bertekad mempertahankan kursinya masing-masing termasuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga mengincar peluang kursi.
Dapil yang terdiri dari dua kecamatan ini mempunyai tingkat kesulitan tersendiri bagi banyak parpol. Dengan identitas sosial beragam, akibat pertumbuhan daerah industri menimbulkan konsekuensi pilihan politik yang beragam juga. Partisipasi pemilih relatif rendah juga menjadi persoalan. Di Pemilu 2019, partisiapsi hanya dikisaran 76,8 persen. Persentase terendah di seluruh Dapil yang ada di Sidoarjo, rata-rata diangka 82,5 persen.
Di Dapil Sidoarjo 6, situasi kompetitif perebutan suara bukan hanya terjadi antar parpol, namun persaingan antar calon legislatif (caleg) internal parpol akan lebih sengit. Persaingan didalam internal parpol lebih seru daripada dengan caleg partai lain.
Meskipun begitu, komposisi caleg yang kompetitif dalam satu Dapil juga memberi keuntungan politik bagi partai. Dengan kekuatan beberapa figur caleg yang dimiliki, suatu parpol berpeluang besar mengamankan perolehan kursi.
Di PKB, H. Abdillah Nasih sebagai sekretaris akan mendapat tantangan pendatang baru potensial seperti Hj. Turidatus Salimah istri almarhum Cak Nur, mantan Wakil Bupati (Wabub) Sidoarjo yang dikenal mempunyai basis massa perempuan yang loyal. Belum lagi dari petahana, H. Muzzayin, penguasa tunggal Kecamatan Gedangan. Termasuk Muhtadin yang mencoba menampung suara almarhum Aminulloh.
PDI-P kali ini mendapat energi baru, Tara, putra Kepala Desa (Kades) Pepe akan bahu membahu bersama petahana Tarkit dan Wisnu untuk mengejar ambisi menjadi pemenang di Dapil Sidoarjo 6.
Sementara itu, Sujayadi, Sekretaris Gerindra kembali akan bersaing dengan petahana Yunik. Begitu pula di Golkar, Sekretaris Golkar, H. Choirul Anam kembali berebut kursi dengan Warih Andono, kali ini Golkar menambah petarung baru, Kurniawan Yudha yang semakin menambah panas persaingan di internal Golkar.
Keberhasilan parpol dalam menentukan komposisi caleg yang tepat di Dapil Sidoarjo 6 ini menjadi kunci dalam memenangkan kursi terbanyak. Para caleg harus dipersiapkan menjadi mesin pendulang suara pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024. Sebab preferensi utama pemilih saat ini cenderung melihat ke figur caleg dibanding parpolnya. Para pemilih nantinya yang akan menjadi penentunya. (*)
*) Nanang Haromain, Pengamat Politik dan Mantan Komisioner KPU Sidoarjo, tinggal di Sidoarjo.







