Oleh Syafaat*
Mungkin orang dapat memprediksi, kapan dirinya akan mati. Nmun, tidak ada yang bisa mengetahui secara pasti, kapan benar-benar terjadi. Pasalnya, kematian merupakan salah satu rahasia Allah, Tuhan Yang Maha Penentu.
Tidak sedikit orang yang berdoa atau menginginkan meninggal saat ibadah di tanah suci. Namun, sebagian besar dari mereka, pada akhirnya keinginannya tidak terkabulkan.
Kematian bukan hanya hak mereka yang lanjut usia, namun merupakan kewajiban bagi semua makhluk yang bernyawa, yang tidak mensyaratkan harus sudah tua. Kita tidak dapat melarang siapa pun untuk berdoa meninggal dunia ketika melaksanakan Ibadah haji, meskipun sanak saudara selalu berdoa agar keluarganya dapat beribadah dan pulang dengan selamat.
Doa merupakan hak umat yang tidak dapat dikekang oleh siapa pun. Di sisi lain, proses pemulasaraan jenazah warga negara asing tidak sesederhana ketika meninggal di kampung halaman. Identitas harus benar-benar teridentifikasi sebelum disemayamkan.
Pemakaman di Saudi Arabia memang tidak ada tulisan di batu nisan. Namun, nama-nama jenazah yang dikebumikan tercatat rapi, sehingga bukan hanya malaikat saja yang tahu tempat jenazah tersebut berada. Penjaga makam juga mempunyai catatan rinci, dan biasanya keluarga yang ditinggalkan juga diberi catatan pada area makam. Misalnya, terkait blok dan nomor berapa jenazah dikebumikan, sehingga keluarga dapat berziarah tepat di atas makam.
Sebagian besar jamaah haji Indonesia yang meninggal di Makkah setelah disolati oleh jutaan umat di Masjidil Haram, disemayamkan di pemakaman Soraya, sekitar 4 km dari kota Makkah. Dalam pemakaman ini sudah disiapkan lubang-lubang untuk jenazah yang ditembok dengan bata merah dan ditutup dengan papan cor. Jenazah akan dimakamkan dalam lubang, diberi sedikit pasir dan ditutup kembali dengan papan cor. Satu lubang untuk satu jenazah.
Masjidil haram bukan hanya dilengkapi dengan pemancar gelombang FM yang dapat mendengarkan terjemah khutbah jumat dalam Bahasa Indonesia. Kadang kita juga dapat berbagi headset dengan jamaah lain yang kebetulan lupa membawanya.
Di lantai 3 juga disediakan scuter untuk melaksanakan thawaf dengan jarak tempuh 1 putaran (sekitar satu kilometer) dengan harga yang cukup terjangkau. Begitupun dengan lansia yang ingin didorong menggunakan kursi roda saat thawaf dan sai, Pemerintah Saudi Arabiya memberikan seragam khusus bagi mereka yang menyediakan jasa mendorong kursi roda, sehingga jamaah tidak akan khawatir dikorupsi putaran thawaf dan sai-nya.
Ribuan CCTV dipasang di Masjidil Haram, yang memudahkan mengontrol pergerakan jamaah haji. Dengan CCTV ini juga lebih mudah untuk mencari jamaah yang tersesat. Pasalnya, dengan biometrik yang telah dilakukan, kamera akan lebih mudah mendeteksi keberadaan seseorang. Dengan demikian, tidak berlebihan jika para petugas menghimbau jamaah haji Indonesia untuk kembali ke Masjid, ketika mereka tersesat dan tidak tahu jalan ke pemondokan.
Menuju Masjid merupakan pilihan logis, karena jamaah bisa memanjatkan doa dengan lebih khusuk. Kemungkinan bertemu dengan jamaah dalam satu kloter maupun petugas, juga semakin besar. Yang lebih penting, lebih mudah terdeteksi dengan kamera, terkecuali jika jamaah tersesat di lorong atau jalan di bawah masjid yang sebagian merupakan jalan raya yang dilewati kendaraan umum.
Ada ruangan khusus di kantor daker yang berisi beberapa layar yang terhubung dengan ribuan CCTV, yang ketika dimasukkan nomor paspor akan dapat mendeteksi di mana sang pemilik paspor itu berada. Dulu saya sempat tidak percaya dengan teknologi yang biasa terlihat dalam film Hollywood ini, namun ternyata hal ini merupakan kenyataan teknologi kekinian yang nampak keren.
Pembatasan pemberangkatan jamaah haji karena pandemi Covid-19 mengakibatkan banyaknya jamaah haji lansia di tahun 2023 ini ketika tidak ada lagi pembatasan usia pemberangkatan jamaah haji dari pemerintah Saudi Arabia. Terlebih dengan tidak adanya percepatan pemberangkatan bagi pendamping jamaah lansia tersebut dari keluarganya.
Meskipun telah disiapkan petugas khusus untuk menangani lansia, namun mereka tidak dapat menjaga 24 jam, terutama ketika berada di pemondokan. Karenanya, solidaritas antarjamaah sangat diperlukan dalam pelaksanaan ibadah haji, saling membantu di antara jamaah dalam satu regu maupun rombongan.
Pelaksanaan Ibadah haji bagi para lansia sebetulnya simpel saja. Selain thawaf dan sai yang dapat menggunakan jasa mendorong kursi roda, ketika melempar jumroh (ula, wustho dan aqobah) yang dalam bahasa Inggris tertulissmall jamator, midle jamarot and big jamarot, para lansia dapat meminta bantuan kepada jamaah yang lebih muda atau kepada para petugas secara gratis. Petugas ini biasanya membawa banyak kerikil dan daftar jamaah haji yang nitip melontar jumroh.
Suhu tinggi di negeri para nabi tersebut mengakibatkan orang-orang Indonesia yang biasa menikmati semilir sepoi angin, harus merasakan udara panas meskipun di malam hari. Bukan hanya dehidrasi yang menghantui, namun juga mengakibatkan demensia atau sedikit lupa terutama para lansia.
Hal-hal tersebut merupakan kondisi lumrah bagi mereka yang mendekati uzur, terlebih yang malas menyemprotkan air dari botol semprotan yang bisanya dibagikan di embarkasi. Tidak banyak yang dapat dilakukan ketika mendapati lansia seperti ini, selain menyarankan untuk lebih banyak beristirahat dan mendapatkan asupan gizi yang cukup. Sebab, kondisi ketuaan yang mengakibatkan berkurangnya daya ingat, merupakan gejala alami setiap manusia.
Tidak perlu kekhawatiran tinggi bagi keluarga yang melepaskan orang tuanya yang lansia melaksanakan ibadah haji tahun ini. Semuanya akan baik-baik saja sesuai takdir semesta.
Banyaknya lansia, bagi petugas haji merupakan ladang untuk mengais pahala. Pasalnya, ke-mabrur–an haji bagi para petugas tidak ditentukan dari banyaknya ibadah sunnah di masjid yang dilakukannya, namun dari seberapa besar yang dilakukan dalam melayani jamaahnya..
Selamat menjalankan ibadah Haji, semoga mabrur. {*}
*) Syafaat, Aparat Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.







