SIDOARJO (RadarJatim.id) – H. Damroni Chudlori mendatangi Sadiah, seorang nenek berusia 80 tahun yang terbaring lemah diatas dipan di dalam kamarnya yang berukuran 2 X 2 meter yang berada di RT 01 RW 04 Desa Ketimang, Kecamatan Wonoayu, Jum’at (21/07/2023).
Janda tua itu terlihat kaget dan berusaha bangun dari tempat tidurnya ketika mendengar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo itu datang bersama Bidan Desa, Kepala Desa dan beberapa orang tetangganya.
”Endhi Warno, endhi Warno,” kata Sadiah sambil meraba-raba mencari anaknya yang bernama Suwarno (58 tahun).
Suwarno mendengar panggilan ibunya yang sudah tidak bisa melihat itu, langsung mendekat dan berusaha membangunkan ibunya yang setiap harinya hanya terbaring di dalam kamar pengab serta temboknya sudah keropos.
”Ono opo No, sopo iku No,” tanya Sadiah kepada anaknya.
Diungkapkan oleh Suwarno bahwa sudah cukup lama ibunya mengalami sakit. Sudah dilakukan perawatan, namun tidak maksimal dikarenakan keterbatasan biaya. Apalagi Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dimilikinya sudah tidak aktif dan tidak pernah dipakai lagi.
Ia juga mengungkapkan bahwa sekitar 5 tahun yang lalu ibunya tidak bisa melihat atau buta. Begitu juga diantara leher dan dadanya, sudah 10 tahun lalu ada benjolan sebesar buah mangga yang terus dikeluhkan karena terasa panas dan sakit.
”Kian lama, kian besar. Katanya cekot-cekot,” ungkap Suwarno.
Diakui oleh Suwarno bahwa dirinya tidak mampu membiayai perawatan ibunya, karena pendapatannya sebagai tukang kebersihan sangat kecil yang hanya cukup untuk makan seadanya.
Ia juga tidak menampik bahwa selama ini ada bantuan dari pemerintah, namun tetap saja tidak mampu membuat mereka lepas dari jerat kemiskinan dan harus menerima hidup sebagai kaum papah.
“Ada, tapi hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” akunya.
Melihat kondisi nenek Sadiah yang sangat memprihatinkan itu, Damroni langsung duduk disampingnya dan membujuknya agar mau dibawa ke Rumah Sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan secara baik.
”Bu Sadiah, diobati nggih sakite,” bujuk Dhamroni.
Nenek yang rambutnya putih dan awut-awutan itu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mau dibawa ke RS karena merasa takut dan meminta dokternya yang datang kerumahnya untuk memberikan pengobatan.
Namun politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) asal Tulangan itu tidak putus asa, dengan tenang dan halus, ia tetap membujuk nenek Sadiah agar bersedia diajak ke RS dengan diantar mobil desa dan didampingi bidan desa.
“Ibu teng rumah sakit, nggih. Mpun mikir soal biaya, mpun enten sing nanggung,” bujuknya.
Bidan desa yang berada di lokasi dengan cekatan melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan nenek Sadiah, mulai dari mengukur tekanan darah hingga memeriksa benjolan yang berada diantara dada dan leher.
Kepada Suwarno, Damroni menitip pesan agar selalu menjaga dan merawat ibunya yang sudah usia lanjut itu dengan ikhlas serta penuh kesabaran. ”Tolong sampeyan rawat ya ibu. Ini jimat sampeyan. Sing sabar,” pesannya.
Akhirnya nenek Sadiah mau diajak ke RS untuk berobat setelah dibujuk. Kades Ketimang H. Wahab langsung menyuruh perangkat desa untuk membuatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan mobil desa untuk antar-jemput ke Sidoarjo.
”Saya yang bantu mengurus di rumah sakit,” pungkas Damroni. (mams)







