LAMONGAN (RadarJatim.id) — Kebudayaan lokal mengandung kearifan yang bermanfaat dalam menjaga identitas dan karakter unik masyarakat. Sayangnya, modernisasi kerap menggerus nilai dan kekayaan tradisi.
Karenanya kesadaran akan perlindungan dan pelestarian harus terus diupayakan. Pemerintah Kecamatan Modo Lamongan, memiliki program konservasi kebudayaan yang apik dan terencana.
Beruntunglah Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, memiliki camat yang paham akan konservasi kebudayaan. Ahmad Kurniawan, Camat Modo menggagas beragam program yang mampu memperkuat pelestarian seni, budaya, dan kepurbakalaan di kecamatan bekas wilayah kekuasaan Majapahit ini. Melalui Inovasi Sop Pedes (Sinergitas Optimalisasi Potensi Desa), ia mampu mewujudkan potensi menjadi keunggulan desa, termasuk beberapa desa yang unggul di bidang kebudayaan.
Salah satunya Desa Sambangrejo yang ditetapkan Pemerintah Kecamatan sebagai Desa Budaya. Di desa ini terdapat beberapa warisan budaya, seperti Prasasti Garaman, Prasasti Sambangan I dan Sambangan II, Sendang Graman, Tradisi Perang Sempyuh, dan Budaya Nyadran.
“Langkah penetapan Desa Budaya ini dimulai dari Jagong Budaya bersama Forkopimcam, perangkat desa, masyarakat, dan sejarahwan,” ungkap Camat Kurniawan saat menerima tinjauan lapangan Tim Penilai Sinergisitas Kinerja Kecamatan (SKK) Jatim, Jumat pakan lalu.
Selain Desa Sambangrejo, peninggalan budaya juga ada di Desa Mojorejo, berupa Sitinggil, Makam Kyai Gede di Desa Sidodowo, dan Tapak Mada di Desa Sumberagung. Perlindungan dan pelestarian juga dilakukan di desa tematik lainnya. Desa Kedungrejo ditetapkan sebagai Desa Wisata Religi karena terdapat Makam Syekh Hasan Ali, Desa Jatipayak dengan seni kerajinan anyaman bambu, dan Desa Yunyang dengan warisan budaya kuliner pengolahan emping. Juga ada Mojorejo sebagai Kampung Ternak dan Nguwok sebagai Desa Prestasi.
Tidak hanya menetapkan desa tematik, Kecamatan Modo juga melakukan berbagai program sistematis perlindungan dan pelestarian budaya. Menyelenggarakan serangkaian sarasehan untuk mengeksplorasi potensi budaya, mengadakan Napak Tilas, karnaval budaya, kegiatan Beksan Bareng, menciptakan motif batik khas Modo, sampai membantu proses ekskavasi prasasti. Karena itu tidak berlebihan jika slogan kecamatan ini adalah “Modo Berbudaya”. “Akronim dari Modo BERorientasi pelayanan, Bijak, Unggul, Dinamis, Akuntabel, nYaman, dan Amanah,” papar Camat Kurniawan.
Inovasi Sop Pedes ini memiliki diferensiasi tersendiri dibanding kecamatan lain, berkat kekhasan nuansa budayanya. “Bagus. Karena tidak banyak camat yang sukses menerapkan program ini. Didukung oleh pemerintah desa dengan adanya SK Desa tentang tim peduli budaya dan kelompok balai pelestarian budaya yang merujuk pada SK camat,” puji Wahyudi Saputra, anggota tim penilai SKK Jatim dari Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. (zin)







