SIDOARJO (RadarJatim.id) – Ada yang menarik pada perilaku pemilih di Kabupaten Sidoarjo pada momen-momen politik seperti saat sekarang ini, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain diwilayah Indonesia.
Pemilihan umum (Pemilu) sering dikaitkan dengan pemberian ‘sesuatu’ dari para peserta, khususnya calon anggota legislatif (caleg), baik tingkat kabupaten/kota, provinsi ataupun pusat.
Untuk menarik simpati para pemilih, caleg-caleg sering memberikan uang, sembako, kaus, topi, kerudung, peralatan olahraga hingga layanan pengobatan gratis dan sebagainya.
Institute Research Public Development (IRPD) menangkap fenomena tersebut setelah melakukan survei kepada 1000 responden polling di 18 kecamatan untuk mengetahui kecenderungan mereka.
”Yang paling disukai pemilih adalah pemberian berupa uang, sembako dan pengobatan gratis,” kata Nanang Haromain, Founder IRPD saat mengisi kegiatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo, Kamis (14/12/2023).
Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengungkapkan fenomena lain tentang sikap pemilih di Kabupaten Sidoarjo, yaitu model kampanye yang lebih disukai.
Hasil polling menyebutkan bahwa pemilih lebih senang bertemu langsung dengan calon daripada pawai keliling, dialog di media massa, baliho, jalan sehat, hiburan musik maupun kampanye akbar/pidato.
Sedangkan terkait sosok ataupun caleg, hasil polling itu menyebutkan bahwa pemilih Sidoarjo lebih suka kepada caleg yang dekat dengan rakyat atau yang mau kumpul-kumpul dengan banyak orang.
”Istilahnya gampang diajak ngopi bareng,” ungkapnya.
Kemudian caleg paling disukai selanjutnya, adalah caleg yang mempunyai visi misi jelas, punya program bagus, terkenal, berpengalaman/petahana, satu partai yang sama, cocok dengan calon presiden yang dipilih, dermawan, sudah pernah dipilih sebelumnya.
”Soal calon itu putra daerah atau bukan putra daerah Sidoarjo, ternyata tidak menjadi pertimbangan utama,” tambahnya.
Dengan hasil survei lewat polling itu, caleg-caleg petahana punya peluang besar untuk terpilih kembali. Karena mereka sudah punya pemilih loyal, punya visi misi, berpengalaman, terkenal dan punya modal.
”Kalau petahana sampai gagal terpilih, biasanya memang tidak merawat pemilih. Atau dengan kata lain medit, susah diajak ngopi,” pungkasnya. (mams)







