• Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Contact
Kamis, 4 Desember 2025
No Result
View All Result
e-paper
Radar Jatim
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
No Result
View All Result
Radar Jatim
No Result
View All Result
Home Peristiwa

Fenomena Demo Rusuh, Psikolog: Remaja Rentan Dibakar Emosinya

by Radar Jatim
11 Oktober 2020
in Peristiwa
0
Fenomena Demo Rusuh, Psikolog: Remaja Rentan Dibakar Emosinya

Psikolog Astrid Wiratna. (Foto: Phaksy)

79
VIEWS

SURABAYA (RadarJatim.id) – Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja atau Omnibus Law di Surabaya dan sejumlah di Indonesia, Kamis (8/20/2020) diwarnai kerusuhan dan perusakan fasilitas publik. Ironisnya, sebagian besar pelaku yang diamankan polisi justru anak-anak remaja di bawah umur. Bahkan, sebagian mereka mengenakan seragam sekolah di tengah aksi.

Informasi yang dihimpun RadarJatim.id, di Surabaya, polisi mengamankan sebanyak 253 orang pascakericuhan unjuk rasa. Setelah teridentifikasi, ada 46 orang dewasa dan selebihnya adalah anak-anak/remaja sebanyak 207 orang. Anak-anak pelajar yang diamankan berusia 14 hingga 17 tahun.

Hal ini cukup miris dan ironis. Lantas, apa yang menyebabkan sekelompok anak usia remaja ini bertindak beringas dan merusak fasilitas umum di sana-sini dan bahkan menyerang aparat keamanan?

Berikut ini petikan wawancara khusus RadarJatim.id dengan pakar psikologi anak, Astrid Wiratna, yang membahas karakteristik anak remaja dan faktor pendorong pemberontakan mereka.

Apa yang sedang terjadi di benak para anak remaja yang berbuat onar ini?

Pada dasarnya kami sampaikan, mayoritas usia remaja seperti itu, atau rentang usia akil baligh sampai tingkat SMA (13-17 tahun), mereka sedang mencari identitas diri atau jati diri. Mereka ingin dilihat. Tanda kutip, ingin dipandang punya prestasi di depan orang-orang atau temannya.

Selain itu, secara konsep, mereka berpikir sedang idealis. Yang dimaksud idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman, kemudian tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku ataupun cara berpikir.

Nah, padahal mereka belum banyak pengalaman, dan belum tentu memahami substansi suatu konsep hal yang tepat.

Misalnya, cara dia memandang aturan negara itu yang baik itu seharusnya seperti ini. Pemerintah itu salah, dan harusnya seperti ini, dan seterusnya.

Jadi jangan heran, kalau ada yang membakar-bakar emosi mereka yang menggelora. Sangat mudah mereka dikompori dan disulut “bensin”. Apalagi dengan perkataan verbal:

“Kejadian itu (Omnibus Law) nggak bener. Itu penindasan negara kita, membuat menderita kemiskinan. Kamu harus merdeka dan maju bila mau.”

Pernyataan-pernyataan seperti itu yang kemudian bisa membuat kompor panas yang disulut “bensin” yang berkecamuk besar di benak anak remaja.

Apakah kondisi pandemi jadi faktor juga yang membuat mereka jengah dan berontak?

Terkait kondisi selama pandemi yang membuat mereka stres atau jenuh, itu subjektif ya. Tapi bisa juga menjadi salah satu faktor pendorong.

Bisa juga start dari kondisi itu. Di mana kondisi anak-anak ini selama pandemi lebih banyak menganggur dan nggak sekolah ataupun waktu sekolah yang nggak ideal seperti biasanya.

Bisa dikatakan ini jadi bensinya, membuat mereka tambah panas terbakar. Tapi secara umum sesuai umurnya, mereka ini sangat ingin partisipasi dan kelihatan dalam sebuah peristiwa besar.

Nah, kalau saya duga ini remaja ini telah dimanfaatkan oleh oknum untuk menimbulkan kegaduhan di tengah aksi unjuk rasa yang awalnya berjalan damai.

Jadi ada sekelompok orang atau oknum tertentu yang memanfaatkan mereka anak-anak ini yang mudah terbakar emosinya. Oknum ini memberikan “bensin” penyulut berupa provokasi yang dikaitkan dengan isu yang sedang hangat diikuti.

Pada kasus ini, polemik penetapan UU Cipta Kerja. Mereka tentu gampang sekali dibakar emosinya. Karena, ibaratnya mereka (anak remaja) ini mencari panggung untuk pengakuan.

Misalnya mereka terus didorong lewat pesan di media sosial maupun lisan. Misalnya, “Hai ini ada pemerintah yang sewenang-wenang! Apa kamu hanya diam saja? Kenapa gak ikut berjuang?”

Jadi, ibaratnya seperti pada masa Bung Tomo. Bedanya generasi zaman sekarang semua cukup lewat Medsos. Ketika mereka terus diajak dan dipengaruhi, sudah pasti mereka bisa bareng-bareng berangkat (demo). Nah, apalagi kalau dikasih duit atau upeti lagi di belakangnya. Tapi soal ini kita nggak tahu.

Selain itu, anak remaja sangat suka berkelompok dalam sebuah geng. Mereka menjaga solidaritas dan kesetiakawanan bila ingin diakui dalam satu gengnya. Jadi kalau satu geng bergerak, anggota lain mau tak mau harus ikut terlibat.

Jadi dapat disimpulkan ada empat faktor:

  1. Anak remaja mencari panggung dan mudah sekali dipanas-panasi jiwanya.
  2. Pikiran idealis, karena tidak ada pengalaman jadi seringkali tindakan menjadi tidak realistis dan tidak memahami substansi. Mereka asal ikut demo, padahal nggak tahu sebenarnya apa isi konten UU Cipta Kerja yang dipolemikkan.
  3. Faktor tambahan selama pandemi, sekolah tak ideal, banyak waktu menganggur.
  4. Faktor ekonomi, bukan tidak mungkin terjadi. Karena membutuhkan uang, mereka (remaja) mau berbuat apa pun dengan iming-iming imbalan tertentu.

Lalu solusinya bagaimana agar para remaja tak lagi terlibat dalam kejadian serupa di kemudian hari?

Nah, satu hal terpenting yang perlu kita pahami, anak-anak remaja tak hanya membutuhkan peran orang tua yang selalu membimbing dan memberikan arahan. Kita sebagai orang dewasa yang berada di sekitar anak juga wajib memberikan masukan yang baik.

Kita ajak mereka bicara. Kita meluruskan konsep idealis mereka yang salah dan melenceng. Kita bilang, “Kalau cinta tanah air kok kamu malah ngerusak fasilitas umum punya negara. Kalau sayang Indonesia ya seharusnya kamu pelihara, nggak akan ngerusak atau membuat kegaduhan.”

Sebagai orang dewasa atau orang tua, kita wajib mengarahkan anak-anak remaja pada kegiatan yang positif. Bisa kegiatan olah raga, atau kegiatan yang lebih berguna. Sehingga tidak ada waktu lain untuk berkegiatan tak berfaedah. Kita harus menstimulasi dengan kegiatan positif, apalagi selama pandemi mereka nggak sekolah, banyak waktu luang setelah sekolah dengan model pembelajaran daring. (Phaksy/Red)

Tags: astrid wiratnamudah disulutpsikologremaja rentan

Related Posts

No Content Available
Load More
Next Post
Sandiaga Uno

Sambangi Surabaya, Sandiaga Beri Dukungan Machfud Arifin Secara Langsung

Radar Jatim Video Update

Berita Populer

  • Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Soft Launching KM Dharma Kencana V, Fasilitas Mewah Berkapasitas 1.400 Penumpang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Warga Doakan Keluarga Besar SMK Antartika 2 Sidoarjo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Semantik Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sehari Pasca-Kunjungan Jokowi, KEK JIIPE Manyar Didemo Ratusan Massa Sekber Gresik, Protes Rendahnya Serapan Tenaga Kerja Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Radar Jatim adalah media online Jatim yang memberikan informasi peristiwa dan berita Jawa Timur dan Surabaya terkini dan terbaru.

Kategori

  • Artikel dan Opini
  • Ekonomi Bisnis
  • Ekosistem Lingkungan
  • Esai/Kolom
  • Feature
  • Finance
  • HAM
  • Hukum dan Kriminal
  • Infrastruktur
  • Kamtibmas
  • Kemenkumham
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Lain-lain
  • Layanan Publik
  • Lifestyle
  • Literasi
  • Nasional
  • Olah Raga
  • Ormas
  • Otomotif
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • pinggiran
  • Politik
  • Religi
  • Sastra/Budaya
  • Sosial
  • Tekno
  • TNI
  • TNI-Polri
  • video
  • Wisata

Kami Juga Hadir Disini

© 2020 radarjatim.id
Susunan Redaksi ∣ Pedoman Media Siber ∣ Karir

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum dan Kriminal
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Ekonomi Bisnis
  • Artikel dan Opini

© 2020radarjatim.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In