SIDOARJO (RadarJatim.id) – Pada Pemilihan Umum Legislatig (Pileg) tahun 2024 ini, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapatkan 15 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo atau turun 1 kursi dari perolehan pada Pileg 2019 lalu.
Perlu diketahui bahwa pada Pileg 2019, PKB memperoleh 309.249 suara atau 16 kursi di DPRD Sidoarjo. Sedangkan pada Pileg 2024 ini, perolehan PKB turun menjadi 298.735 suara atau 15 kursi di DPRD Sidoarjo.
Meski mengalami penurunan suara dan kursi pada Pileg 2024, PKB tetap kokoh sebagai partai pemenang di Kabupaten Sidoarjo. Dan nampaknya dominasi PKB cenderung akan berlanjut pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serta Calon Bupati (Cabup) di Kabupaten Sidoarjo pada November 2024 nanti.
Ambisi mempertahankan dominasi kehidupan politik di Kabupaten Sidoarjo setidaknya terekam dalam penyelenggaraan 5 Pileg terakhir dan 4 Pilkada sejak tahun 2005, yakni PKB yang selalu tampil menjadi partai pemenang.
Nanang Haromain, founder institute of Research and Development Publik (IRDP) mengatakan bahwa dominasi PKB di Kabupaten Sidoarjo bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dikalahkan, Sabtu (16/03/2024).
“Tentu saja masih bisa dikalahkan, jika salah dalam memiih calon yang diusung. Kecermatan memilih kandidat dan militansi dalam skenario pemenangan, tentu menjadi faktor yang tak bisa diabaikan,” katanya.
Diungkapkan oleh Nanang bahwa ada yang berbeda dalam memandang PKB di Pilkada Sidoarjo pada November 2024 nanti. Peta politik di Kabupaten Sidoarjo secara dramatis berubah dengan cepat. Luka Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB, Muhaimin Iskandar dan para pendukungnya di Kabupaten Sidoarjo terhadap berpalingnya dukungan Gus Muhdlor (GM) kepada pasangan Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) Prabowo-Gibran masih belum kering. Sebab, saat GM maju pada Pilkada Sidoarjo 2020 kemarin mendapatkan rekom dari PKB.
“Perihal dukungan Pilpres (Pemilihan Umum Presiden, red) kemarin, masih meninggalkan residu di Pilkada (Sidoarjo, red) nanti,” ungkapnya.
Situasi ini membuat polarisasi politik di internal PKB memanas yang berimbas juga kepada grass root, dalam hal ini dukungan Nahdilyin. Situasi yang tidak pernah dialami PKB di dalam 25 tahun terakhir diajang kontestasi Pilkada Sidoarjo.
Untuk itu, Nanang meyakini bahwa PKB sebagai partai pemenang Pilkada Sidoarjo selama 4 kali berturut-turut tidak akan memberikan rekom ke GM kembali dan akan mengusung kader sendiri yang dianggap loyal.
“Saya juga yakin, Gus Muhdlor tidak akan terlibat dalam kontestasi Pilkada (Sidoarjo, red). Persoalan hukum yang belum clear, kelihatannya akan menjadi jeratan sandera kasus hukum dalam jangka panjang,” ucapnya.
Meskipun begitu, keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Bumi Sholawat rasanya tidak akan meninggalkan gelanggang Pilkada Sidoarjo 100 persen. Tentu lewat circle terdekatnya.
Menurut Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo periode 2014-2019 itu, ada hal yang menjadi menarik ketika kemunculan H. Usman, Ketua DPRD Sidoarjo yang gambarnya mulai bertebaran di beberapa titik strategis.
H. Usman yang dikenal dekat dengan GM akan berebut rekom PKB dengan H. Subandi, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Sidoarjo yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati (Wabup) Sidoarjo.
“Memang angin politik cenderung jatuh ke Ketua DPC PKB. Tapi, H. Usman tetap akan membuat persaingan perebutan rekom ini menjadi semakin kompetitif. Selama ini H. Usman dikenal sebagai politisi senior PKB yang juga loyal dan berprestasi,” terangnya.
Walaupun keduanya sama-sama politisi dari PKB, namun rasanya sangat sulit untuk menyatukan H. Subandi dan H. Usman sebagai pasangan Calon Bupati-Calon Wakil Bupati (Cabup-Cawabup) pada Pilkada Sidoarjo 2024 ini.
“Peluangnya kecil. Keduanya berada dalam kutub yang berbeda, susah disatukan. Pilihannya harus berebut rekom PKB,” ujarnya.
Ini artinya akan memunkinkan muncul figur baru sebagai Cawabup, baik dari internal PKB atau partai lain. Meski dalam sejarah PKB yang secara legal konstitusional selalu bisa memenuhi ketentuan regulasi mengusung calon sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Namun politik tentu tidak sekaku itu, apalagi dengan dinamika politik sekarang. Trend perolehan suara PKB, baik di 2 Pileg terakhir maupun Pilkada Sidoarjo 2020 kemarin, cenderung stagnan di angka 300-350 ribu suara.
“Raihan jauh di bawah 50 persen tentu sangat riskan jika PKB maju sendiri,” tegasnya.
PKB bisa kalah, jika dikeroyok atau hanya berhadapan dengan satu pasangan lawan. Pasangan lawan yang memiliki keunggulan jumlah kursi parlemen dan suara pemilih. Hal ini membuat mereka menjadi kandidat terkuat untuk memenangkan Pilkada Sidoarjo 2024. Opsi mengandeng calon dari partai lain perlu dipertimbangkan untuk memperbesar peluang kemenangan.
Dari beberapa partai yang ada, paling realistis adalah menggandeng Partai Gerindra. Sebagai ruling party atau sebagai partai penguasa yang tentu kebijakan pusat harus linear dengan daerah, Gerindra berkepentingan sekali dengan Pilkada Sidoarjo kali ini.
“Tentu, kalau dua kekuatan partai besar Sidoarjo ini bersatu. Kemungkinan besar, PKB dan Gerindra akan memenangkan Pilkada (Sidoarjo, red) 2024,” tambahnya.
Akan tetapi, sekali lagi bahwa politik di Kabupaten Sidoarjo saat ini tidak bisa diterka dan masih sangat dinamis. Hal-hal yang selama ini dianggap sangat mustahil, masih serba mungkin. Fakta politiknya cukup banyak.
“Siapa bisa menjamin, kongsi politik yang saat ini sedang proses penjajakan akan berakhir happy ending atau justru sebaliknya,” pungkasnya. (mams)







