SIDOARJO (RadarJatim.id) – Peta politik di Kabupaten Sidoarjo bergerak sangat dinamis, apalagi pasca peningkatan status Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus korupsi dugaan pemotongan insentif ASN dilingkungan Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Kabupaten Sidoarjo.
Masyarakat kota Delta memberikan respon positif kepada H. Subandi sebagai pilihan tertinggi nama bakal calon bupati di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo tahun 2024 2024.
Elektabiltas H. Subandi meningkat pesat. Demikian bocoran yang disampaikan Direktur Lembaga Media Survei Indonesia (MSI) Nanang Haromain yang dalam waktu dekat akan melakukan launching hasil survei di periode kedua.
Di periode pertama survei MSI pada awal Maret 2024 lalu. Nama Gus Muhdlor memiliki elektabiltas tertinggi dari seluruh nama-nama bakal calon bupati yang beredar di masyarakat, namun selisih dengan H. Subandi tidak terlalu jauh.
“Di tingkat popularitas dan elektabiltas, GM (Gus Muhdlor, red) unggul,” kata Nanang Haromain saat ditemui dikantornya, Minggu (29/04/2024).
Dikatakan oleh Nanang Haromain, berdasarkan hasil survei MSI bahwa GM berada di angka 29 persen, sedangkan H. Subandi berada di angka 22,5 persen. Di sisi lain, H. Subandi mempunyai keunggulan di penerimaan masyarakat terkait gaya kepemimpinannya.
Di dalam survei MSI tersebut, 64,6 persen masyarakat merasa puas terhadap kinerja pria yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati (Wabub) Sidoarjo itu, sedangkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap GM di angka 59,1 persen.
“Wabub Subandi juga diuntungkan dengan situasi persoalan hukum yang sedang mendera Bupati Gus Muhdlor,” katanya.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo perode 2014-2019 itu menilai bahwa H. Subandi sangat jeli membaca peta. Melihat kondisi di internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tidak kokoh, H. Subandi sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Sidoarjo membuka ruang koalisi dengan kader partai lain. Meskipun sebenarnya dalam beberapa Pilkada terakhir, PKB selalu mengusung calon dari internal.
Menurut Nanang Haromain bahwa menggandeng kader dari Partai Gerindra, dalam hal ini Mimik Idayana adalah pilihan logis. Gerindra saat ini merupakan partai pemenang, rulling party yang tentu saja berambisi untuk mendudukkan kader-kadernnya di banyak tempat sebagai Bupati dan wakil Bupati.
“Sehingga ketika berkoalisi dengan Gerindra, peluang pasangan H. Subandi dan Ibu Mimik berpeluang menang besar,” ujarnya.
Sebagai wakilnya, pilihan Mimik Idayana juga tepat. Kemampuan menggaet simpati pemilih, baik itu kharisma, popularitas maupun reputasi bersih dari korupsi serta integritas diri yang teruji adalah modal besar, termasuk penentuan calon wakil bupati juga ditentukan kesiapan logistik dan sumber daya.
“Bagaimanapun Pilkada adalah perhelatan raksasa yang membutuhkan ongkos politik yang tak sedikit,” pungkasnya. (mams)







