BANYUWANGI (RadarJatim.id) — Kini Lembaga Konservasi Lingkungan Hidup (LKLH) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tengah mengaplikasikan pupuk organik cair plus Eco Enzyme ke sejumlah tanaman holtikultura, buah, dan rempah herbal bagi petani.
Ketua LKLH Banyuwangi, Prasetyo, menyampaikan, saat ini kebutuhan akan pupuk bagi sejumlah petani pekebun mengalami kekurangan, sehingga keberadaan pupuk dinilai langka. Sebagai langkah antisipasi, kini diproduksi dan mengelola pupuk sendiri dengan menggunakan bahan sejumlah kulit buah-buahan dan sayuran. Caranya, dilakukan fermentasi selama 3 bulan dengan mengomposisikan menggunakan molase (tetes) sebagai staternya agar cepat terurai menjadi pupuk yang berkualitas.
“Saat ini sebagai lahan percontohan demplot di wilayah Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro untuk diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan seluas kurang lebih 1/2 hektar atau 5.000 M2 milik Pak Agung Makruf atau biasa dikenal dengan panggilan pak Rahmat pemilik selep kopi di lingkungan Kampung Anyar. Alhamdulillah, sudah berjalan sepekan ini sudah dilakukan 2 kali penyemprotan, bisa terlihat hasilnya dari pertumbuhan tanaman mulai berkembang pesat jika dibandingkan dengan tanaman jagung belum dilakukan penyemprotan,” ungkapnya, Minggu (14/7/2024).
Secara terpisah, Pak Rahmat saat diwawancarai di lahan jagung miliknya mengaku, pertumbuhan jagung yang sudah disemprot dengan pupuk cair Eco Enzyme pertumbuhannya cukup bagus. Terbukti, dari warna daun dan tinggi tanaman nampak terlihat dengan pesat pertumbuhannya. Namun, diakuinya ada beberapa tanaman miliknya tidak tumbuh, karena diserang tikus sehingga terlihat jarang-jarang di beberapa petak miliknya.
“Dua kali ini sudah saya semprot tanaman jagung saya. Setelah saya perhatikan, tanaman jagung tumbuhnya mulai membaik, semoga hasil panennya nanti bisa sesuai harapan,” katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, kurangnya asupan air pada tanaman jagung juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan. Pada aliran air, tepatnya di talang, masih dilakukan perbaikan saluran pipa. Diharapkan, perbaikan itu cepat kelar, karena sejumlah tanaman membutuhkan air. (tyo)







