BOJONEGORO (Radarjatim.id) – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bojonegoro, Cantika Wahono optimis dan berobsesi menjadikan Kabupaten Bojonegoro sebagai gerbang batik Jawa Timur.
Keyakinan itu muncul saat dirinya bersama tim Dekranasda Bojonegoro berkunjung ke Solo terkait pengembangan batik dan menjajaki kerja sama dengan Dekranasda Kota Surakarta, pada Kamis (12/6/2025).
Solo memiliki identitas batik yang telah terbentuk sejak lama, wisata batiknya didukung oleh sentra atau kampung batik. Sementara Bojonegoro, mulai bangkit dan mengasah batik lewat sentra industri kecil menengah (IKM) yang banyak tersebar.
“Karena itu, kami punya obsesi Bojonegoro itu gerbang batik Jawa Timur,” kata Ketua Dekranasda Bojonegoro Cantika Wahono.
Diketahui, Bojonegoro mulai serius dalam pengembangan batik. Batik tak hanya untuk masa kini melainkan juga untuk masa depan. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah memulai kolaborasi atau koneksi dengan Dekranasda Surakarta. Bojonegoro menggandeng Surakarta karena memiliki identitas batik. Surakarta memiliki sentra batik seperti Kampung Laweyan dan Kampung Kauman.
Berkaitan dengan urusan batik, Bojonegoro dalam waktu dekat akan menggelar event besar ‘Wastra Batik Festival 2025’ pada 18-21 Juni 2025, dan akan mengundang Dekranasda Surakarta untuk meramaikan event akbar tersebut.
Cantika mengatakan, obsesi Bojonegoro menjadi gerbang batik Jawa Timur cukup memungkinkan. Lokasi Bojonegoro berbatasan dengan Jateng. Adanya koneksi Bojonegoro dan Solo dengan sister city tentu semakin terbuka wacana mewujudkannya.
“Mudah-mudahan bisa terlaksana (mewujudkan) menjadi kampung batik di Jatim. Menjadi gerbang Jatim,” tutur Cantika.
Saat ini, perajin batik di Bojonegoro banyak menyebar. Misalnya, perajin batik di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo. Ada juga di Kecamatan Gayam, Kalitidu, Dander, hingga Desa Jono, Kecamatan Temayang. Perajin batik ada juga di perkotaan Bojonegoro, Kecamatan Sumberrejo, hingga Kecamatan Ngasem dan Purwosari. Perajin tersebut konsisten memproduksi batik khas Bojonegaran.
“Ternyata pada 2012 lalu beberapa perajin batik di Desa Dolokgede, hingga dari Kecamatan Temayang dan Dander, sudah pernah mengikuti pelatihan membatik di Kampung Laweyan, Solo,” ujar perempuan juga menjadi dosen salah satu kampus di Malang.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Surakarta Vanessa Winastesia merasa senang adanya koneksi Bojonegoro dan Solo. Termasuk bersedia membantu mewujudkan obsesi Bojonegoro sebagai gerbang batik Jatim.
“Kami siap membantu apa yang perlu disiapkan,” tutur istri Wali Kota Surakarta Respati Ardi.
Menurut Vanessa, adanya koneksi dan rencana kampung batik di Bojonegoro justru semakin menaikkan pamor batik. Ia mengakui gempuran terhadap batik semakin gencar, ragam fashion pabrikan hingga impor dan harga murah terus gencar masuk ke pasar. Namun, Vanessa memastikan perajin batik juga semakin kuat, terus berkembang, peka perubahan dan memiliki segmen pasar tersendiri.
“Karena kami komitmen mengembangkan batik tulis. Memiliki ciri khas tersediri. Meski gempuran sangat keras, tapi insya Allah, batik tulis ada ciri khas, punya pangsa pasar tersendiri. Banyak pecinta batik,” ungkapnya. (Pradah/RJ1)





