SIDOARJO (RadarJatim.id) – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (BEM FKIP Unusida) menggelar seminar pendidikan nasional, Selasa (8/7/2025).
Seminar pendidikan yang mengambil tema Integrasi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka : Menumbuhkan Kemandirian dan Karakter Peserta Didik itu diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Unusida ke-11 tahun.
Ada 3 orang narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut, yaitu Dr. H. Sholehuddin-Ketua Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Sidoarjo), Dr. Ana Christanti-Wakil Rektor 2 Unusida serta Dr. Syaifudin Noer-Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) sekaligus Dosen FKIP Unusida.
Mardlatillah Najwa, Ketua BEM FKIP UNUSIDA mengatakan bahwa seminar pendidikan nasional ini menjadi bagian dari semangat para mahasiswa dalam rangka menyambut Harlah Unusida ke-11 tahun.
“Dan mendorong mahasiswa untuk turut serta membangun sistem pendidikan yang lebih baik,” kata Mardlatillah Najwa.
Najwa berharap bahwa dengan adanya kegiatan seperti ini mampu membuka wawasan mahasiswa FKIP dan sivitas akademika Unusida untuk berpikir kritis serta terlibat aktif dalam pengembangan kurikulum maupun kebijakan pendidikan di tingkat nasional.
“Seminar ini menjadi bukti komitmen Unusida dalam mendukung transformasi pendidikan yang berdaya saing, humanis dan relevan dengan kebutuhan jaman,” ucapnya.
Tidak lupa pula, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan semua pihak sehingga seminar pendidikan nasional yang diselenggarakan di kampus Unusida itu bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Sementara itu, Dr. H. Sholehuddin, salah satu narasumber menekankan tentang pentingnya pendekatan deep learning dalam sistem pembelajaran modern yang berbasis kurikulum merdeka.
Strategi ini dinilai mampu menumbuhkan karakter dan kemandirian peserta didik yang sekaligus menyesuaikan dengan tantangan global abad ke-21 ini.
Ia menjelaskan bahwa deep learning bukan sekadar metode menghafal atau sekilas memahami materi, melainkan proses pembelajaran yang mengasah daya nalar, kreativitas dan kemampuan berpikir reflektif. Pembelajaran yang dalam dan bermakna harus menjadi roh dari kurikulum merdeka.
“Deep learning mendorong siswa untuk memahami esensi, bukan hanya hafalan. Ini sejalan dengan semangat kurikulum merdeka yang menekankan pada kemandirian belajar dan penguatan karakter,” jelasnya.
Menurut H. Sholehuddin bahwa peran guru sangat penting dalam membimbing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari.
“Guru harus menjadi fasilitator yang mampu menciptakan lingkungan belajar aktif dan eksploratif,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengajak seluruh pendidik nahdliyin untuk terus meningkatkan literasi pedagogi dan teknologi agar mampu beradaptasi dengan perubahan pendidikan yang dinamis.
“Integrasi deep learning ini tidak hanya menjawab kebutuhan jaman, tetapi juga mendukung pembentukan generasi yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual,” terangnya. (mams)







