Oleh Alya Rahmaningtiyas
Sebagai salah satu pusat perdagangan dan industri terbesar di Jawa Timur dan kawasan Timur Indonesia, kota Surabaya telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan serta kemajuan yang cepat. Capaian pertumbuhan ekonomi ini dipicu oleh tersedianya infrastuktur yang memadai untuk mendukung aktivitas bisnis, logistik, dan mobilitas sosial.
Infrastruktur yang baik akan menarik lebih banyak investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur dasar yang kuat, seperti jaringan jalan yang luas, transportasi publik yang efisien dan memadai, pelabuhan yang modern, dan akses telekomunikasi yang canggih, telah menjadi katalis utama bagi perkembangan ekonomi Surabaya. Infrastruktur ini tidak hanya memfasilitasi kelancaran arus barang dan jasa, tetapi juga meningkatkan konektivitas antarwilayah, mengurangi biaya logistik, dan mempercepat waktu tempuh distribusi.
Dalam hal ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana membangun proyek infrastuktur jangka panjang daerah (tertuang dalam RPJPD) sebagai upaya mempercepat pembangunan kota. Dalam hal ini, apa yang ditempuh masuk dalam kategori Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pads SDG 9: industri, inovasi, dan infrastruktur yang berfokus pada pembangunan infrastruktur yang tangguh, serta SDG 11: kota dan komunitas berkelanjutan yang menjadikan kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Proyek-proyek yang direncanakan ini meliputi Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB), Underpass Dolog, dan Diversi Gunungsari. Hal ini merupakan langkah yang sangat strategis dan patut diapresiasi. Keputusan ini jug menunjukkan visi jangka panjang yang kuat dari Pemkot dalam mempersiapkan Surabaya untuk menghadapi tantangan urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk mendanai proyek-proyek besar tersebut, Pemkot Surabaya akan mengoptimalkan APBD 2025 sekaligus mempertimbangkan opsi pembiayaan alternatif dengan bunga rendah dan syarat ringan. Dengan perencanaan yang matang dan alokasi anggaran yang optimistis serta berkelanjutan, pemilihan proyek-proyek prioritas bukanlah tanpa alasan. JLLB, contohnya, memiliki potensi besar untuk mengurai kepadatan lalu lintas dalam kota dengan menyediakan jalur alternatif bagi kendaraan yang melintas dari dan menuju wilayah Barat Surabaya.
Keberadaannya secara signifikan akan meningkatkan efisiensi logistik dan mobilitas warga, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada aktivitas ekonomi. Pembangunan Underpass Dolog dan Diversi Gunungsari merupakan solusi konkret untuk mengatasi titik-titik kemacetan kronis yang selama ini menjadi salah satu penghambat aktivitas sehari-hari warga Surabaya. Underpass Dolog diharapkan dapat melancarkan arus lalu lintas di perlintasan sebidang yang sering menimbulkan antrean panjang. Sementara itu, Diversi Gunungsari akan menjadi kunci dalam mengurai simpul kemacetan di kawasan Selatan kota yang padat.
Secara keseluruhan, inisiatif Pemkot Surabaya untuk memprioritaskan pembangunan JLLB, Underpass Dolog, dan Diversi Gunungsari pada tahun 2025 ini adalah langkah yang tepat dan visioner. Dengan infrastruktur yang semakin baik, Surabaya tidak hanya akan menjadi kota yang lebih nyaman dan efisien bagi warganya, tetapi juga semakin menarik bagi investasi dan berdaya saing di tingkat regional maupun nasional. Keberhasilan proyek-proyek ini akan menjadi fondasi yang kokoh bagi masa depan Surabaya yang lebih gemilang.
Namun, perlu diperhatikan, adalah memastikan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas tersebut dilakukan secara efisien, transparan, dan dengan memperhatikan dampak lingkungan serta sosial. Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan juga menjadi poin penting untuk memastikan, bahwa pembangunan ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi warga Surabaya. {*}
*) Alya Rahmaningtiyas, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
CATATAN: Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya.







