SIDOARJO (RadarJatim.id) — Kebijakan pemerintah pusat yang telah diturunkan ke daerah apakah penerapannya sudah sinkron dengan daerah, khususnya dalam dunia pendidikan di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Untuk melihat kondisi tersebut, Unicef telah turun untuk memantau, melakukan monitoring terhadap keberhasilan program Kemitraan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo dengan INOVASI (Inovasi untuk Anak Indonesia).
Keberhasilan tersebut telah dipaparkan langsung oleh Kepala Dinas Dikbud Sidoarjo Dr. Tirto Adi, M.Pd dengan didampingi Kabib Mutu Pendidikan Dr. Netty Lastiningsih, M.Pd di hadapan tim Unicef Indonesia, pada (25/9/2025) siang di Aston Hotel Sidoarjo.
Tirto Adi menjelaskan kalau keberhasilan kemitraan Dikbud Sidoarjo diantaranya banyak melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, diantaranya dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “Australia Barat, BRIN, Unesa, ITS, Unair, Ciputra dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Menurutnya data inovasi sekolah untuk jenjang SD dan SMP baik negeri maupun swasta yang masuk dalam proram KISI (Kompetisi Inovasi Sidoarjo) di tahun 2025 ini sebanyak 338 inovasi.
Pak Tirto_sapaan sehari-harinya juga menerangkan kalau program kemitraan Dikbud Sidoarjo dan Inovasi ini terbagi dalam tiga fase.
Fase pertama programnya Numerasi sasaranya 21 SD dan 10 MI di wilayah Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Candi, melibatkan 21 fasilitator daerah terdiri dari pengawas, kepala sekolah dan guru. “Tindaklanjutnya, program telah diseminasikan ke 463 SDN dan 123 SDS. Dan dampaknya capaian numerasi jenjang SD sejak awal pelaksanaan Asesmen Nasional adalah Ketegori baik,” terangnya.
Fase kedua Program Sekolah Responsif Gender yang bermitra juga dengan Umsida (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), sasarannya 10 SD di Kec. Candi dan telah di diseminasikan ke 463 SDN dan 123 SD Swasta. Bentuk kegiatannya, penyusunan modul, pelatihan, dan pendampingan sekolah.
Kalau dampaknya, pemahamandan sikap lebih menghargai keberagaman, juga adanya Satgas anti bullying. “Penyediaan sarana prasarana yang responsif gender, hingga keterlibatan perempuan semakin meningkat di kegiatan sekolah. RPP/Modul ajar yang mendukung kesetaraan gender,” urainya.
Fase ketiga programnya dalah Pendidikan Perubahan Iklim (PPI), dengan sasaran 12 SD dan 6 MI dan telah didiseminasikan ke 463 SDN dan 123 SD Swasta, bentuk kegiatannya, pelatihan dan pendampingan sekolah. Sedangkan dampaknya memperkuat pemahaman PPI, Integrasi PPI ke lintas Mapel hingga Penguatan pembiasaan yang memperhatikan perubahan iklim. Dampak Lingkungan sekolah semakin bersih dan sehat.
Lanjutnya, ada pula program kemitraan HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia) untuk Pendidikan Inklusif. Sasarannya 10 SD Kec. Sukodono dan Kec. Jabon. Kegiatannya pelatihan. Penguatan pelibatan HWDI. Advokasi dan Kampanye Pendidikan Inklusif.
“Dampaknya, sikap inklusivitas meningkat. Kompetensi guru meningkat dan penguatan keterlibatan unsur terkait,” pungkas Tirto Adi.
Sementara itu, Provincial Manager INOVASI Jatim M. Andri Budi mengatakan dalam diskusi monitoring ada beberapa sasaran, bagaimana peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas. Juga terkait bagaimana kondisi siswa yang rentan terhadap disabilitas.
“Termasuk juga terkait dengan lingkungan sekolah, kondisinya dilihat bagaimana implementasinya di sekolah. Hingga bagaimana dukungan pemerintah daerah terhadap pendidikan, dan masih banyak lagi,” jelasnya.(mad)







