TUBAN (RadarJatim.id) — Terkadang, sosok yang biasa terlihat sederhana justru menyimpan gaya kepemimpinan yang segar. Begitulah ungkapan yang pantas tentang sosok pemimpin yang pernah saya jumpai saat berkolaborasi dalam Program Kampus Mengajar Angkatan 6, di SDN Rayung 1 Tuban pada tahun 2023 silam.
Pak Kham, itulah sapaan akrab sosok tersebut. Kepala sekolah dengan nama lengkap Hambali, SAg, itu telah berhasil membuktikan, bahwa usia tak pernah jadi alasan untuk membatasi semangat dalam beradaptasi. Walau angka usianya tergolong senior, ia punya energi yang Gen Z banget: Open minded, energik, ramah, dan selalu mau belajar dengan siapa saja, termasuk kepada kami mahasiswa.
“Di antara deretan momen yang ada, salah satu yang paling berkesan adalah saat kami melaksanakan program Festival Literasi dan Numerasi,” ungkap Arya Mahendra, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang berinteraksi dengan kepala sekolah tersebut, Minggu (12/10/2025).
Dikatakan, kegiatan tersebut memadukan kolaborasi antara guru, mahasiswa, dan juga peserta didik. Melalui kegiatan itu, ia dengan jelas melihat bagaimana teori kepemimpinan Path-Goal oleh Robert House (1971) benar-benar Pak Kham terapkan.
“Beliau tampil direktif dengan necis ketika memberikan panduan pada guru dalam menyusun konsep kegiatan. Suportif banget,” tandasnya.
Juga salah satu kata yang tidak boleh tertinggal untuk menggambarkan Pak Kham yang selalu menemani, memandu, dan memecahkan suasana tegang saat mendampingi guru dan mahasiswa dalam menyiapkan keperluan acara, ia selalu partisipatif ketika membuka ruang diskusi bersama semua pihak. Dengan gaya seperti itu, setiap orang merasa punya peran dan dihargai dalam membentuk sinergi.
Whats the impact?
Guru menjadi lebih antusias mengembangkan kegiatan literasi di kelas. Ketika itu kami selaku mahasiswa juga lebih percaya diri memimpin pembelajaran. Peserta didik pun ikut menikmati proses belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Festival Literasi tak hanya menjadi sekadar event, tapi berubah menjadi gerakan kecil yang menumbuhkan budaya baca dan numerasi di sekolah.
Dari kaca mata seorang guru generasi Z, penerapan gaya kepemimpinan Path-Goal yang diterapkan oleh Pak Kham menjadi pembelajaran berharga di tengah stereotip, bahwa guru senior adalah guru yang red flag. Pendekatan ini efektif, karena mampu mengarahkan, mendukung, dan melibatkan semua unsur sekolah secara seimbang. Namun, gaya kepemimpinan seperti ini dapat dikembangkan dengan membubuhi sentuhan reflektif di mana kepala sekolah tidak hanya menjadi pengarah, tetapi juga fasilitator pembelajaran bagi guru dan tenaga pendidik untuk terus berkembang bersama
Selain itu, penerapan gaya achievement-oriented juga bisa lebih dipertegas, dengan tujuan setiap guru dan peserta didik terdorong untuk mencapai target yang lebih tinggi melalui motivasi yang terukur dan dukungan yang konsisten. Dengan begitu, teori Path-Goal ini bukan hanya sebatas panduan dalam mengelola kegiatan, tetapi juga teori yang hidup untuk menjadi budaya kerja di sekolah, budaya yang tidak hanya mengarahkan setiap langkah menuju goals, tetapi juga diiringi dengan semangat saling dukung dan saling tumbuh.
Sebagaimana disampaikan langsung oleh Pak Kham dalam salah satu sesi diskusi bersama warga sekolah, bahwa memimpin itu harusnya membuka jalur.
“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kalau kita nggak bisa jadi teladan, minimal kita jadi penyemangat. Jangan sampai malah jadi penghambat,” tuturnya.
Kata-kata itu yang membekas dan menjadi pengingat, bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang otoritas, tetapi tentang skill untuk menjadi jembatan antara generasi lama dan generasi baru. Pak Hambali telah menunjukkan arah, dan kami sebagai generasi penerus berusaha melanjutkan langkah tersebut dengan warna yang berbeda. Di sanalah pendidikan menjadi ruang hidup yang dinamis, karena setiap generasi saling belajar dan saling menumbuhkan. (red)
Penulis: Arya Mahendra







