SIDOARJO (RadarJatim.id) – Puluhan siswa Tahfidz Class SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) sangat tertarik dengan kejadian alam yang unik dan langka, yakni terjadi fenomena Hari Tanpa Bayangan di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada 12 Oktober 2025 siang.
Momen langka tersebut diamati langsung oleh puluhan siswa Tahfidz Class dari kelas X-4 hingga XI-4 untuk dijadikan penelitian, menjadi bentuk pembelajaran langsung di lapangan.
Mereka mengamati fenomena alam tersebut di rooftop lantai 8 Smamita, sebagai bagian dari praktik Ilmu Falak yang diselenggarakan oleh guru Ismuba bersama Tim Falakiyah Astronomi Smamita yang diketuai Ustaz Muhammad Syamsu Alam Darajat, S.H, M.A.
Fenomena Hari Tanpa Bayangan atau yang disebut kulminasi (istiwa’) terjadi ketika posisi matahari tepat berada di atas kepala, sehingga bayangan benda tegak lurus tampak menghilang. Peristiwa ini hanya terjadi dua kali dalam setahun di wilayah Indonesia.
Dalam pengamatan, para siswa menggunakan alat sederhana seperti tongkat tegak dan penggaris untuk melihat hilangnya bayangan pada waktu tertentu. Mereka juga mendapat penjelasan langsung tentang hubungan posisi matahari, lintang tempat, dan arah kiblat.
Menurut guru pembimbing, Ummu Syarifah, S.Pd, kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan observasi siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa kagum terhadap kebesaran Allah SWT melalui keteraturan alam semesta.
“Melalui kegiatan ini, siswa belajar bahwa ilmu falak bukan hanya teori di kelas, tetapi dapat diamati langsung di alam. Mereka jadi lebih paham bagaimana menentukan waktu shalat dan arah kiblat secara ilmiah,” ujarnya.
Salah satu siswa, Afra Fairuz Arkarna mengaku senang bisa ikut mengamati fenomena yang jarang terjadi tersebut. “Sangat seru sekali, karena kami bisa belajar langsung dan melihat fenomenanya dengan mata sendiri. Ternyata bayangan kami benar-benar hilang beberapa saat,” ungkapnya antusias.
Koordinator kegiatan, Muhammad Syamsu Alam Darajat, S.H, M.A, yang juga dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, menjelaskan bahwa fenomena Hari Tanpa Bayangan terjadi dua kali setahun, yaitu pada Maret (Equinox Maret) dan September (Equinox September).
“Untuk wilayah Kabupaten Sidoarjo, peristiwa ini terjadi pada 12 Oktober 2025 pukul 11.15 WIB. Saat itu nilai deklinasi matahari (-7° 20′ 23″) dan lintang tempat (-7° 20′ 17″ LS) sama, sehingga posisi matahari tepat di atas kepala pengamat (zenit), menyebabkan bayangan benda tegak lurus menghilang,” terangnya.
Ia menambahkan, fenomena tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk memverifikasi kembali jadwal waktu shalat. “Secara perhitungan, fenomena terjadi pukul 11.15. Maka tiga sampai empat menit setelahnya, waktu Zuhur telah masuk,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, para siswa juga diajak melakukan pengamatan matahari secara langsung menggunakan teleskop dan kacamata matahari.
“Tujuan kegiatan ini agar siswa memahami pergerakan matahari secara realtime dengan perhitungan astronomi seperti deklinasi, azimut, altitude, dan jarak pengamat ke matahari. Mereka juga berlatih memverifikasi jadwal shalat Zuhur dan Asar secara langsung,” teangnya.
Kegiatan pembelajaran lapangan diakhiri dengan refleksi dan diskusi mengenai manfaat ilmu falak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi umat Islam.
“Melalui kegiatan ini, Smamita berharap siswa semakin memahami pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan keimanan, serta menumbuhkan semangat ilmiah melalui pengamatan fenomena alam ciptaan Allah SWT,” harap Direktur SMA Muhammadiyah 1 Taman, Edwin Yogi Laayrananta, M.I.Kom.(mad)







