SIDOARJO (RadarJatim.id) — Ide pembuatan ‘Dragon Mouthwash’ muncul dari kombinasi pengalaman klinisnya, sebagai dokter gigi, dan hasil riset akademik yang menekankan pentingnya pencegahan penyakit mulut melalui produk yang aman, efektif, dan berbasis bahan lokal.
Itulah penjelaskan drg Dwi Wahyu Indrawati,SH M.Kes, Sp.Perio usai karyanya ‘Dragron Mouthwash’ (Pemanfaatan Buah Naga Sebagai Inovasi Ketahanan Pangan Untuk Kesehatan Mulut dan Penguranan Penggunaan Antibiotik), ditetapkan sebagai Juara I KISI (Kompetisi Inovasi Sidoarjo) Kategori Inovasi Ekonomi Sosial Budaya 2025.
Menurutnya, dalam praktik klinis, banyak pasien yang mengalami radang gusi, bau mulut, dan masalah kesehatan mulut lainnya akibat kebersihan mulut yang kurang optimal.
“Sementara itu, ketersediaan produk pencegahannya terbatas, terutama yang berbasis bahan alami dengan efek klinis yang terbukti,” jelas Dosen Fak Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umusida).
Sebagai dosen, saya terdorong untuk mengembangkan inovasi yang tidak hanya berorientasi kesehatan, tetapi juga memiliki nilai sosial, ekonomi, dan budaya, sejalan dengan misi pengabdian masyarakat Umsida.
“Dragon Mouthwash memanfaatkan buah naga, yang merupakan komoditas lokal Kabupaten Sidoarjo, sebagai bahan utama,” jelas drg Dwi Wahyu Indrawati, pada (28/11/2025) siang.
Ia terangkan lebih lanjut, untuk pemilihan buah naga tidak semata karena ketersediaannya, tetapi karena kandungan bioaktifnya yang kaya antioksidan, antibakteri, dan zat yang mendukung regenerasi jaringan.
Hal ini dibuktikan melalui kajian akademik dan riset laboratorium, di mana ekstrak buah naga menunjukkan efektivitas dalam mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab radang gusi dan plak.
Selain aspek kesehatan, inovasi ini juga menekankan pendekatan akademik, setiap tahap formulasi Dragon Mouthwash dilandasi oleh penelitian ilmiah yang melibatkan pengujian in vitro, dan studi literatur terkini mengenai keamanan dan efektivitas bahan alami.
“Hal ini menegaskan bahwa inovasi ini bukan sekadar produk komersial, tetapi hasil karya ilmiah yang memiliki dasar bukti (evidence-based),” terangnya.
Jadi, peran saya sebagai dosen Umsida juga sangat penting dalam pengembangan inovasi ini, karena melalui pembimbingan mahasiswa dan kolaborasi lintas disiplin, Dragon Mouthwash berhasil dioptimalkan dari sisi formulasi, edukasi, hingga keberlanjutan sosial-ekonomi.
Produk ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dengan memanfaatkan buah naga sebagai sumber bahan baku, sekaligus menjadi alat edukasi kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.
Keunggulan kombinasi inovasi berbasis ilmu pengetahuan, pemanfaatan sumber daya lokal, dan nilai sosial-budaya inilah yang menjadikan Dragon Mouthwash layak meraih Juara 1 KISI 2025 di Kabupaten Sidoarjo, kategori Inovasi Ekonomi Sosial Budaya.
“Dragon Mouthwash menjadi bukti nyata bahwa penelitian akademik dapat diterjemahkan menjadi solusi praktis yang berdampak positif bagi masyarakat luas,” tegas drg Dwi.
Lanjutnya, langkah ke depan untuk Dragon Mouthwash adalah memastikan inovasi ini dapat bermanfaat secara luas bagi masyarakat, sekaligus berkembang menjadi produk yang berkelanjutan. Secara spesifik, langkah-langkahnya meliputi:
1. Uji klinis lanjutan – Melakukan penelitian lebih mendalam untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan standar mutu produk secara ilmiah.
2. Pengembangan skala produksi – Menyiapkan produksi skala lebih besar dengan tetap mempertahankan kualitas bahan alami, khususnya buah naga lokal, agar dapat dipasarkan secara luas.
3. Pemberdayaan masyarakat – Melibatkan komunitas lokal dalam penyediaan bahan baku dan edukasi penggunaan produk, sehingga Dragon Mouthwash juga menjadi alat pemberdayaan ekonomi.
4. Integrasi edukasi kesehatan mulut – Mengembangkan program edukasi di sekolah, puskesmas, dan komunitas agar masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
5. Hilirisasi akademik-ke-masyarakat – Menghubungkan hasil penelitian dan inovasi dengan dunia industri maupun program pemerintah agar manfaat inovasi dapat dirasakan secara nyata.
6. Perluasan inovasi berbasis riset – Mengembangkan varian atau produk turunan yang tetap berbasis bahan lokal dan prinsip kesehatan oral yang terbukti secara ilmiah.
“Dengan langkah-langkah ini, Dragon Mouthwash diharapkan tidak hanya menjadi inovasi pemenang KISI 2025, tetapi juga solusi kesehatan mulut yang berkelanjutan dan berdampak sosial-ekonomi nyata bagi masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya,” harap drg Dwi.(ist.mad)







