SURABAYA (RadarJatim.id) — Ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) jurnalistik, Kamis (4/11/2021). Diklat secara virtual dengan peserta mahasiswa program studi (Prodi) Sastra Indonesia (Sasindo) itu dimaksudkan memberikan wawasan, pengetahuan, pemahaman, sekaligus keterampilan menulis ragam jurnalistik sebagai bekal ketika lulus dari kampus ini.
Dua narasumber dihadirkan dalam Diklat ini, yakni Suhartoko, chief executive officer (CEO) PT Radar Jatim Multimedia, pengelola portal RadarJatim.id dan Ario Wibowo, presenter dan reporter TVRI Jatim. Hadir dalam Diklat ini Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UINSA Surabaya, Dr H Agus Aditoni, MAg yang sekaligus membuka secara resmi acara ini, Ketua Prodi Sasindo, Dr Asep Abbas Abdullah, MPd, juga Sekretaris Prodi Sasindo, Siti Rumilah, MPd, serta sejumlah dosen di jajaran Fakultas Adab dan Humaniora.
Hadir pada kesempatan pertama, Suhartoko yang mantan jurnalis Harian Surabaya Post ini berharap, peserta Diklat tidak hanya fokus mengenal atau menimba pengetahuan tentang jurnalistik, tetapi sekaligus memiliki keterampilan dan mempraktikkan menulis genre jurnalistik. Ia menyadari, butuh waktu untuk menjadikan mahasiswa terampil menulis. Karena itu, pria yang juga pengampu kehumasan di salah satu anak usaha BUMD milik Pemprov Jatim ini, menyatakan siap memberikan pendampingan sampai para mahasiswa itu mampu menulis ragam jurnalistik.
“Saat ini kita tengah mengikuti Diklat ya. Namanya saja Diklat. Jadi saya tidak ingin Anda hanya menerima pengetahuan, tapi harus praktik, harus bisa menulis, minimal menulis berita dan feature. Syukur kalalu nanti kita bisa menulis buku bersama-sama, keroyokan,” ujar Hartoko, sapaan akrab Suhartoko, memotivasi peserta.
Dan benar, di separo waktu sesi Diklat bertema “Kredibiltas Jurnalistik Era Akselerasi Informasi” ini, peserta diberi kesempatan untuk langsung praktik menulis berita. Lalu, dari naskah yang sudah selesai, dievaluasi serta diberi masukan untuk pembenahan. Pasca-Diklat, peserta akan menjalani pendampingan dengan target mereka menguasai dan mampu menulis ragam jurnalistik.
Sementara Ario Wibowo menyampaikan, menulis untuk naskah berita antara media cetak dan media televisi, hakikatnya sama. Hanya saja, secara teknis ada perbedaan, karena format final informasi yang disampaikan kepada publik atau penikmat informasi, memang berbeda.
“Pada berita televisi, naskah tidak bisa panjang sebagaimana di media cetak atau online. Umumnya, seluruh naskah berita televisi durasinya tidak lebih dari dua menit, rata-rata 1,5 menit saja,” ujar Ario.
Dalam Diklat itu, Ario yang sehari-hari ngepos di kantor gubernur atau gedung Negara Grahadi itu juga memberikan beberapa tips kepada para mahasiswa seputar presenter dan bagaimana menumbuhkan rasa percara diri saat menghadapi objek berita atau narasumber yang akan diwawancarai.
“Saya beruntung, dulu sering ikut lomba yang saya rasakan sangat men-support dalam menghadapi orang dalam banyak situasi,” katanya. (sto)







