SURABAYA (RadarJatim.id) — Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (FBS Unesa) berkomitmen terus menerbitkan buku karya civitas akademika. Tak tanggung-tanggung, untuk tahun 2022 mendatang, fakultas yang dikomandani Dr Trisakti, MSi ini menargetkan mampu menerbitkan paling tidak 100 judul buku baru.
Komitmen menerbitkan buku itu merupakan tindak lanjut peluncuran (launching) 41 buku dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-57 Unesa di kampus Lidah Wetan, Surabaya, Rabu (22/12/2021) lalu. Peluncuran puluhan buku karya civitas akademika itu memicu semangat dan spirit pimpinan FBS untuk lebih produktif dalam menerbitkan buku.
Untuk merealisasikan target tersebut, kata Trisakti, fakultas telah mengalokasikan dana khusus, sehingga selain sebagai stimulus bagi para dosen untuk berkarya, hal itu dimaksudkan untuk menggairahkan budaya literasi, khususnya tradisi menerbitkan buku.
“Hari ini ada 41 buku yang diterbitkan. Diharapkan tahun depan akan bertambah dan terus bertambah serta bisa memberikan manfaat untuk kita semua,” ujar Trisakti menyemangati para penulis.
Dikatakan, tanpa menyebut angka, sebenarnya tahun ini telah disiapkan anggaran cukup banyak. Tetapi, ia mengaku penulisnya dinilai masih kurang, sehingga dana yang telah dialokasikan, belum terserap secara maksimal. Karena itu ia berharap, tahun 2022 akan menjadi momentum untuk memaksimalkan penerbitan buku di Unesa, khususnya di FBS.
“Sebenarnya kemarin sudah disediakan dana cukup banyak. Tapi, sayang penulisnya masih kurang banyak. Mungkin waktunya juga kurang maksimal untuk menerbitkan buku, karena rencananya juga mendadak. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih banyak lagi buku yang bisa diterbitkan. Saya minta Pak Khoiri yang sudah berpengalaman untuk mengawal,” ujarnya tanpa menyebut berapa nilai anggaran yang dialokasikan untuk penerbitan buku.
Untuk merealisasikan penerbitan buku dengan target spektakuler itu, secara terbuka Trisakti memang menunjuk Much. Khoiri, salah seorang pegiat dan penggerak literasi yang juga dosen di jurusan Bahasa Inggris FBS Unesa, untuk menggawangi dan mengawalnya.
Penunjukan itu didasarkan pada kinerja dan kuatnya komitmen Emcho, sapaan akrab Much. Khoiri, pada budaya literasi, khususnya dunia kepenulisan. Pada peluncuran 41 buku yang baru kali pertama itu, Emcho juga ditunjuk sebagai ketua panitia pelaksana.
Dihubungi RadarJatim.id, Jumat (24/12/2021), Emcho menegaskan, dirinya siap mengemban amanah untuk mengawal realisasi penerbitan minimal 100 buku untuk tahun 2022. Kesiapan itu ia dasarkan pada besarnya potensi menulis yang dimiliki civitas akademika, khususnya di FBS.
“Insya Allah untuk tahun depan, kalau 100 judul buku masih bisa kami terbitkan. Potensi teman-teman cukup besar. Yang kemarin itu (peluncuran 41 buku, Red) cukup mendadak persiapannya dan baru kali pertama,” ujar Emcho.
Peluncuran buku FBS Unesa 2021 merupakan salah satu rangkaian peringatan Dies Natalis ke-57 Unesa yang digagas Guru Besar Ilmu Sastra Unesa Prof H Setya Yuwana, MA. Beberapa narasumber juga hadir untuk menyampaikan testimoni. Di antaranya Prof Dr Tadjur Ridjal, MPd, Dr Bambang Sadana, Dr Fauzan, MPd, Prof Dr Wahyudi Siswanto, juga sastrawan/budayawan Eka Budianta.
Para narasumber memberikan testimoni terkait proses kreatif hingga gambaran umum buku-buku yang diluncurkan tersebut, di antaranya Etnografi Seri 1, Etnografi Seri 2, juga Etnosains Nusantara. Menariknya, di antara 41 buku itu, terdapat dua buku yang secara khusus dipersembahkan untuk mengenang kebesaran sang maestro sastra mendiang Prof Budi Darma. Kedua buku dimaksud adalah Kenangan Murid Kultural Budi Darma dan Budi Darma; Sosok, Pemikiran, dan Karyanya.
Sementara itu, Prof Setya Yuwana sebagai penggagas acara menyatakan, ide meluncurkan buku secara kolektif tersebut muncul begitu saja dan terkesan spontan. Namun, katanya, suatu kebanggaan jika dalam waktu yang relatif singkat, mampu menerbitkan 41 judul buku.
“Idenya belum terlalu lama, jadi dalam waktu singkat kami kumpulkan buku milik para dosen. Saya menyayangkan ketika melihat banyak buku dari teman-teman dosen yang belum sempat dirilis,” ujarnya.
Guru Besar Ilmu Sastra tersebut memotivasi para akademisi untuk terus mengembangkan diri dan berkarya salah satunya dengan menulis buku. Ia juga berharap, para dosen agar tidak terjebak dalam rutinitas tugas mengajar dan bisa keluar dari formalitas yang kaku itu. Karena baginya, hidup harus punya arti untuk orang lain, salah satu cara untuk menghadirkan arti hidup adalah lewat karya dan kontribusi positif bagi orang banyak. (sho)







