SIDOARJO (RadarJatim.id) – Secara geografis, Kabupaten Sidoarjo berdiri/terletak diatas delta atau dataran yang terbentuk dari hasil sedimentasi aliran Sungai Brantas. Kabupaten Sidoarjo juga diapit oleh dua sungai besar, yaitu Kali Surabaya yang berada di sisi utara dan di sisi selatan ada Kali Porong. Sedangkan wilayah timur berbatasan dengan laut, yakni Selat Madura.
Atas kondisi geografis seperti itulah ketika musim hujan datang, Kabupaten Sidoarjo akan selalu mengalami banjir. Apalagi saat turun hujan bersamaan dengan air laut sedang pasang, tinggi air bisa mencapai sepinggang orang dewasa. Khususnya di daerah atau wilayah sebelah timur Kabupaten Sidoarjo.
Namun, banjir yang terjadi pada tahun ini dirasakan oleh sebagian besar masyarakat lebih parah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo, tidak ada satu pun yang lolos dari terjangan banjir tahunan tersebut.
Kondisi ini sangat dikeluhkan oleh warga, karena banjir terjadi hampir setiap tahun atau setiap musim hujan datang. Seakan-akan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo tidak bekerja atau tidak mempunyai cara menanggulangi bencana tahunan tersebut.
Tidak hanya itu saja, ada permasalahan baru akan muncul ketika hujan sudah reda dan banjir sudah surut, yakni rusaknya ruas-ruas jalan yang terjadi hampir di seluruh pelosok Kabupaten Sidoarjo.
Kerusakan jalan akibat banjir tidak hanya terjadi di daerah pelosok atau pinggiran saja, bahkan di tengah kota seperti di jalan Kartini atau depan Markas Kepolisian Resor Kota (Mapolresta) Sidoarjo yang lama juga mengalami kerusakan.
Nasib masyarakat yang tinggal di Sidoarjo itu seperti sudah jatuh tertimpa tangga, sebab mereka sudah menderita secara moril dan materiil akibat bencana banjir tahunan. Namun pasca banjir reda, mereka harus menghadapi ruas-ruas jalan rusak yang merusak kendaraan dan perekonomian bahkan tidak jarang ada kecelakaan yang menyebabkan luka-luka dan korban jiwa.
“Terpaksa kita uruk dengan geragal (meterial bekas bongkaran bangunan, red) soalnya rusaknya terlalu parah,” kata Budiono, salah satu warga RT 15 RW 04, Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Kamis (06/03/2025).

Diungkapkan oleh Budiono bahwa dirinya merasa terpanggil untuk melakukan pengurukan ruas-ruas jalan yang ada didesanya, meskipun tidak ada perintah dari Pemerintah Desa (Pemdes) Gempolsari maupun Pemkab Sidoarjo.
Ia mengungkapkan bahwa hampir semua ruas jalan yang ada didesanya, mulai dari RT 11 hingga RT 16 mengalami kerusakan cukup parah yang disebabkan oleh banjir beberapa waktu lalu.
“Kasihan mas, banyak kendaraan yang terperosok. Terutama para pengendara yang bukan orang sini dan tidak menguasai medan,” ungkapnya.
Meskipun usahanya memperbaiki ruas jalan rusak yang ada didesanya tidak mendapatkan gaji ataupun honor dari pemerintah. Tapi ia merasa senang karena sudah bisa membantu orang lain, khususnya para pengendara kendaraan.
“Itung-itung sambil cari pahala di bulan Ramadhan ini, mas,” ungkap Budiono dengan senyuman.
Hal senada disampaikan oleh Arifin, warga RT 16 RW 04 Desa Gempolsari bahwa sering terjadi kecelakaan kendaraan akibat terperosok di ruas jalan tersebut, apalagi saat turun hujan.
Sebab saat hujan turun, ruas jalan yang rusak itu tertutup air. Para pengendara yang tidak paham daerah situ banyak yang terperosok. Ada yang mengalami luka-luka, skok kendaraan patah hingga kendaraan yang terperosok ditabrak oleh kendaraan lain dibelakangnya.
“Sudah berkali-kali terjadi kecelakaan disini, mas! Mudah-mudahan cepat diperbaiki dan dibuatkan saluran drainase disamping kiri atau kanan jalan,” sampainya.
Perlu diketahui bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidoarjo tahun 2025 ini, dianggarkan sebesar Rp 152 Milyar untuk infrastruktus jalan.
Tentu saja anggaran itu sangat minim apabila dibandingkan dengan jumlah ruas jalan yang mengalami kerusakan di wilayah Kabupaten Sidoarjo. (mams)







