SIDOARJO (RadarJatim.id) – Dengan membawa jargon Sidoarjo Maslachah, M. Sholichul Umam Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup) Sidoarjo menyampaikan visi-misi dihadapan Desk Pemilihan Kepala Daerah Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (Pilkada DPC PKB) Sidoarjo, Jum’at (24/05/2024).
Sholichul Umam mengatakan bahwa saat ini Sidoarjo membutuhkan sosok pemimpin yang berani dalam melakukan terobosan-terobosan demi kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini kondisi Sidoarjo sedang tidak baik-baik saja. Setidaknya ada beberapa problem mendasar yang sedang dihadapi oleh Sidoarjo, diantaranya minimnya aktifis yang berada di jajaran legislatif.
“Dulu, mungkin masih banyak aktifis organisasi yang duduk di jajaran legislatif,” katanya.
Namun seiring berjalannya waktu, jajaran legislatif di Sidoarjo hari ini banyak di isi oleh pengusaha atau mantan Kepala Desa (Kades). Bisa jadi masih ada beberapa aktifis yang sudah 3-4 periode, sehingga mereka lebih nyaman berada di posisi aman.
“Alhasil, legislatif yang seharusnya menjadi dinamisator sekaligus kontrol terhadap eksekutif menjadi mandul. Singkat kata sing penting aman,” sampainya.
Pria yang akrab disapa Mas Umam itu menjelaskan bahwa mahalnya proses demokrasi hari ini menjadikan masyarakat semakin banal, terutama banalitas money politic.
Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa mereka yang kuat adalah yang mempunyai kapasitas finansial lebih. Urusan ide, gagasan dan komitmen memajukan sebuah daerah menjadi nomor sekian.
Terbukti yang disebut kandidat kuat adalah orang-orang yang mempunyai kapasitas finansial yang lebih, meskipun minim gagasan.
“Inilah yang disebut apatisme akut. Dimana masyarakat sudah muak dengan janji-janji perubahan. Siapa yang beruang, dia yg menang,” jelasnya.
Minimnya regenerasi pada tokoh-tokoh politik yang masih di isi oleh wajah-wajah lama menjadi salah satu faktor lambatnya pembangunan di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Wajah-wajah lama dengan rekam jejaknya yang sarat konflik kepentingan diantara mereka membuat pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat semakin tersendat.
“Jika hal ini tetap dibiarkan. Saya yakin tidak akan ada perubahan, yang ada hanya dendam kesumat yang tidak berkesudahan,” terangnya.
Egoisitas elit politik yangg ringkih, dimana hampir seluruh ketua partai politik (parpol) di Kabupaten Sidoarjo tidak memiliki kekuatan ideologi yang tinggi. Antara panggung depan dan panggung belakang tidak sama atau inkonsisten.
“Setidaknya itulah yang terlihat hari ini, pemimpin-pemimpin yang ringkih. Hari ini Sidoarjo butuh pemimpin yang berani, jika tidak mau disebut gila,” ujarnya.
“Dari sekian banyak problematika yang ada di Sidoarjo, saya menjadi teringat apa yang disampaikan oleh Gus Dur. Mengutip kaidah ushul fiqh bahwa politik adalah tashorruful imam ‘ala raiyah, manutun bil maslachah,” tambahnya. (mams)







