SIDOARJO (RadarJatim.id) Pendatang baru pada kontestasi politik di Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 harus berhati-hati untuk mengambil langkah dan strategi pemenangan dalam mengambil hati rakyat atau pemilih.
Nanang Haromain, salah satu pengamat politik di Sidoarjo mengatakan bahwa pemilik suara yang bakal terpilih mewakili Daerah Pemilhan Jawa Timur (Dapil Jatim) 1 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sudah tergambar, baik melalui sistem Pemilu proporsional terbuka ataupun tertutup, Minggu (19/02/2023).
“Sembari menunggu kepastian sistem Pemilu diputuskan tetap proporsional terbuka atau tertutup, saya mencoba menganalisa potensi-potensi calon yang bakal memenangkan kursi di Dapil Jatim 1 DPR RI ini,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa Dapil Jatim 1 DPR RI (Surabaya-Sidoarjo) selalu menjadi magnet yang menarik bagi tokoh-tokoh populer untuk menguji kemampuan bertarung memperebutkan 10 kursi di DPR RI.
Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo itu mengungkapkan bahwa dikancah politik nasional, Dapil Jatim 1 disebut-sebut sebagai dapil paling bergengsi di Jatim dan paling susah ditaklukan serta memiliki nilai prestise yang tinggi.
Ketatnya persaingan untuk meraih suara di Dapil Jatim 1 seperti inilah yang kemudian memunculkan istilah dapil neraka. Sebuah istilah yang mungkin dipinjam dari group of death persaingan negara-negara adidaya sepak bola di Piala Dunia.
“Menjadi standar tersendiri bagi banyak partai untuk menang di dapil neraka ini. Banyak nama-nama besar politisi, termasuk juga artis-artis ternama ibukota yang dipasang untuk berkonstestasi di dapil ini,” ungkapnya.
Namun menurut Nanang Haromain bahwa nama besar semata tidaklah cukup, sejarah telah membuktikan bahwa pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 lalu menjadi saksi tumbangnya jago-jago gaek dan populer.
Bahkan incumbent seperti Bambang Haryo Soekartono (BHS), Fandi Utomo, Priyo Budi Santoso, Sunartoyo yang notabene punya pengalaman memenangkan kursi dewan pun tidak kuasa merebut kembali kursinya.
“Dari kalangan artis ada Ahmad Dhani, Manohara sampai Andre Hehanusa pun tidak mampu berbuat banyak,” ucapnya.
Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu menjelaskan bahwa pada Pemilu 2019 kemarin, suara minimal partai untuk mendapatkan kursi DPR RI Dapil Jatim 1 itu sekitar 112.828 ribu.
“Bukan parameter suara pasti untuk Pemilu 2024 nanti, tapi bisa menjadi tolak ukur data dinamis untuk nilai 1 kursi di DPR RI dari Dapil Jatim 1 nantinya,” jelasnya.
Masih menurut Nanang Haromain bahwa persaingan yang ketat antar partai politik dan antar Calon Legislatif (Caleg) dalam satu partai politik diprediksi masih akan terjadi di Dapil Jatim 1 ini, jika partai politik tidak mampu membaca data ini dengan baik dan teliti, dipastikan akan kecolongan kursi.
Dalam beberapa kasus, sejumlah partai politik terlihat membiarkan kondisi yang ada dengan berharap dukungan ideologis maupun hanya berharap pada seorang Caleg saja. “Hingga akhirnya partai politik itu pun kehilangan kursinya,” tambahnya.
Partai Demokrat selaku pemilik suara terakhir di Dapil Jatim 1 ini tentu harus berhati-hati dengan situasi tersebut, apalagi melihat agresifnya kompetitor lamanya, yaitu Parta Nasdem yang kali ini siap berkontestasi dengan mengusung 3 petarung baru.
Ia menilai bahwa 3 petarung baru yang dimiliki oleh Partai Nasdem mempunyai kekuatan hampir merata dan tidak boleh dipandang sebelah mata, apalagi selisih suara di Pileg 2019 kemarin hanya sekitar 8 ribuan.
“Tentu (Partai Nasdem, red) berpeluang besar menggeser kursi (Partai, red) Demokrat yang sampai saat ini belum menampakkan aksi nyata untuk mempertahankan 1 kursi ini,” terangnya.
Lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UGM itu menilai bahwa kursi Partai Demokrat juga terancam oleh Partai Gerindra yang kali ini sangat agresif mengejar target 2 kursi DPR RI di Dapil Jatim 1 ini. “Sementara partai lainnya yang kemarin mendapat kursi, juga mengincar peluang menambah kursi,” ujarnya.
Ia menuturkan bahwa para anggota dewan yang saat ini masih menjabat sangat diuntungkan dengan posisinya tersebut, karena dengan fungsi kedewanannya, mereka punya ruang lebih untuk bisa intens menyapa masyarakat. “Fungsi political branding-nya separuh jalan sudah dilampaui. Tinggal menjaga ritme sampai Pemilu (2024, red) nanti,” tuturnya.
Sehingga pada akhirnya konstelasi anggota DPR RI dari Dapil Jatim 1 di Pemilu 2024 nanti di prediksi tidak akan jauh berbeda dengan hasil Pileg 2019 lalu.
“Kecenderungan trend politik di banyak tempat, 60-70% incumbent akan terpilih kembali,” pungkasnya. (mams)







