SIDOARJO (RadarJatim.id) — Masih adanya kasus bullying atau perundungan yang menimpa bukan saja siswa, tetapi juga guru di dunia pendidikan wilayah Sidoarjo. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo mengajak seluruh siswa SD maupun SMP untuk stop perundungan.
Ajakan tersebut dilakukan dalam sosialisasi ‘Pencegahan Perundungan Tindak Kekerasan dan Intoleransi di Satuan Pendidikan Jenjang SMP’ Dikbud Sidoarjo, pada (29/10/2025) di Aula SMP Negeri 4 Sidoarjo.
Prosesi pembukaan dilakukan oleh Kabid Mutu Pendidikan Dikbud Sidoarjo Dr. Netti Lastiningsih, M.Pd dengan menghadirkan narasumber dari Komisi C DPRD Sidoarjo, yakni Yunik Nur Aini dan M. Abud Asrofi, S.Pd.I.
Dinas Dikbud Sidoarjo juga menghadirkan fasilitator nasional SRA, Bekti Prasetyani, S.Pd dan Akhmad Aksari, dan diikuti sebanyak 463 peserta, yang terdiri dari guru dan perwakilan siswa jejang SMP.
Sedangkan pada (27-28/10/2025) juga menghadirkan Komisi C, Dra. Ainun Jariyah dan M. Abud Asyrofi, S.Pd.I dan fasilitator PPA Ritz Noor WA, S.Sos untuk jenjang SD.
Dr. Netty Lastiningsih menjelaskan timbulnya perundungan ada beberapa faktor penyebabnya, diantaranya adalah pengaruh media sosial dan tontonan kekerasan, kurangnya teladan yang baik, lingkungan keluarga bermasala, serta faktor psikologis, seperti kurangnya empati.
Dalam kondisi tersebut, sehingga kami melaksanakan kegiatan ini bertujuan bertujuan mencegah kekerasan dan intoleransi di sekolah untuk menciptakan lingkungan aman, harmonis dan nyaman bagi semua siswa.
“Serta menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif untuk menumbuhkan generasi penerus yang berkarakter baik,” jelasnya.
Dengan adanya kegiatan ini kami berharap, terjadinya peningkatan interaksi yang sehat antar sekolah, pemberdayaan siswa, pembentukan karakter yang kuat.
“Selain itu juga ada penurunan kasus perundungan dan kekerasan di sekolah. Kami juga berharap para peserta ini bisa menularkan ilmu yang didapat kepada teman-teman sebayanya,” harap Bu Netty_sapaan akrabnya.
Sementara itu, M. Abud dan Yunik Nur Aini juga terus mendorong dan ikut serta mengurangi kasus perundungan. Menurutnya perundungan memang sulit untuk dibendung, karena yang kena masalah bukan hanya murid, guru pun juga kena perundungan.
“Namun adanya kerja sama atau kolaborasi dari berbagai instansi terkait, tentunya akan bisa mengurangi, meminimalisir,” terangnya.

Sedangkan menurut Bekti Prasetyani dalam menangani kasus kekerasan dan perundungan siswa, guru bukan saja sebagai pengajar bagi murid-muridnya tetapi guru juga harus bisa memposisikan diri sebagai sahabat. “Jadi bukan hanya mengajar, tetapi juga harus membangun kebenaran,” jelasnya.
Ia terangkan, karena kenakalan anak-anak ini masih banyak terpengaruh oleh lingkungannya. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dan yang paling bahaya adalah pengarus digital, yakni senang bermain Medsos.
“Jadi ada empat pengaruh lingkungan itulah yang membentuk perilaku anak-anak melakukan hal-hal yang kurang baik. Sehingga guru harus bisa berperan sebagai sahabat, sehingga bisa memahami perilaku anak-anak untuk memberikan solusi tindaklanjut,” jelasnya.(mad)







