SIDOARJO (RadarJatim.id) DPRD Kabupaten Sidoarjo mendorong agar ada perhatian lebih kepada para korban selamat dari musibah ambruknya mushola di Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Perhatian ini bisa berupa pendampingan psikologi bagi santri yang selamat dari musibah, agar saat mereka kembali ke pondok tidak ada lagi trauma.
Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo H Abdillah Nasih,S.M mengatakan pendampingan kepada para santri korban selamat ini diperlukan agar mereka mentalnya kembali kuat dan bisa menjalani kehidupan di pondok dengan normal kembali.
“Pendampingan ini bisa pendampingan psikologi maupun layanan trauma heailing. Kami berharap para santri bisa kembali mendapatkan pendidikan pondok dengan normal kembali,” kata Abdillah Nasih, Jumat (24/10/2025).

Ketua DPC PKB Sidoarjo ini menambahkan pihaknya mengapresiasi upaya dari lembaga atau instansi yang sudah melakukan pendammpingan psikologi maupun memberikan layanan trauma healing. Seperti diketahui, Tim gabungan dari berbagai instansi, termasuk Dinsos Jatim, Polda Jatim, dan UNESA, memberikan layanan trauma healing kepada para korban selamat dan keluarga korban di Ponpes Al Khoziny.
Kegiatan ini meliputi pendampingan psikologis, relaksasi, aktivitas permainan untuk anak-anak, konseling, hingga pemenuhan kebutuhan dasar. Begitu juga dengan Universitas Airlangga (UNAIR) yang ikut berperan aktif dalam penanganan bencana kemanusiaan. Melalui layanan Layanan Dukungan Psikologis (LDP), tim mereka terjun langsung mendampingi para wali santri korban tragedi yang berada di RS Bhayangkara Surabaya, pada Selasa (7/10/2025) hingga Rabu (9/10/2025).
Pihak DPRD kabupaten Sidoarjo berharap proses pendidikan para santri bisa kembali normal. Sebab pendidikan bagi mereka sangat diperlukan mengingat rata-rata masih banyak santri yang berstatus pelajar setingkat SMP.
Dengan pendampingan psikologis dan konseling, M Nasih berharap para korban bisa mendapatkan dukungan psikologis untuk menstabilkan emosi, memproses pengalaman traumatis, dan membantu korban serta keluarga melewati masa sulit. Termasuk perlu ada sesi relaksasi dan sharing agar bisa membantu menenangkan emosi dan berbagi perasaan dengan korban dan keluarga.
Pihak DPRD Sidoarjo memberikan perhatian serius terhadap tragedi yang menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran. Sebagai tindak lanjut, DPRD Sidoarjo telah menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Fasilitasi Pesantren untuk memperkuat dukungan pemerintah terhadap lembaga pendidikan keagamaan tersebut.
Dengan Raperda Peraturan Daerah (Raperda) tentang Fasilitasi Pesantren untuk memperkuat dukungan pemerintah terhadap lembaga pendidikan keagamaan. “Raperda ini sangat relevan dengan kondisi saat ini. Kami ingin memastikan pesantren mendapat perhatian lebih dari pemerintah, mulai dari aspek perizinan, pembinaan, hingga dukungan fasilitas,” tegasnya.
Pihaknya berharap kejadian musibah ini menjadi yang terakhir dan tidak terjadi kembali. M Nasih juga menyampaikan rasa duka dan prihatin kepada keluarga korban dan semoga mereka diberi kekuatan dan ketabahan.
Dari pantauan dilokasi, saat ini para santri-santriah nampak mulai berdatangan ke area Ponpes Al Khoziny. Mereka datang untuk memperingati Hari Santri pada Rabu (22/10/2025). Mereka datang setelah pihak pondok memulangkan mereka pasca musibah ambruknya mushola pada 29 September lalu.
Ketua Alumni Ponpes Al-Khoziny, KH Zainal Abidin mengatakan para santri mulai berdatangan setelah pihaknya menyampaikan informasi lewat grup WhatsApp dan telepon.
“Begitu dikabari, mereka langsung datang kembali ke pondok,” ucapnya.
Pada Rabu (22/10/2025), setidaknya ada 100 santri sudah hadir dan mulai menempati gedung kampus Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny. Gedung ini dinyatakan aman dari area lokasi yang sempat ambruk.Para santri ini mulai dari tingkat mahasiswa IAI Al-Khoziny, siswa Madrasah Aliyah, dan sebagian santri kelas tiga Madrasah Tsanawiyah.
“Mereka kami hubungi lewat pesan singkat dan telepon, dan alhamdulillah mulai berdatangan,” tambahnya.

Komisi D Dukung Pemerintah Harus Hadir di Pesantren
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo, H. Moch Dhamroni Chudlori, M.Si mendukung langkah Ketua DPRD Sidoarjo yang menekankan perlunya pendampingan psikologi maupun layanan trauma healing bagi santri di Ponpes Al Khoziny. Dikatakan bahwa pemerintah harus hadir karena ini menyangkut sumber daya manusia.
“Selain ikut prihatin dan bela sungkawa, perlu kami sampaikan bahwa perlu ada pendampingan khuususnya orang tua korban maupun para korbaan, agar tidak ada trauma bagi anak-anak. Perlu pengawalan agar anak anak kembali pulih,” kata politisi asal PKB ini.
Pihaknya menambahkan sudah mendatangi korban secara langsung. Dimana saat itu, ketua Komisi D bersama Bapak Menko berkunjung ke rumah sakit dimana korban selamat dirawat.
“Alhamdulilah saat saya dengan pak Menko membesuk korban di rumah sakit, anak anak tidak ada yang trauma. Mereka ingin kembali ke pondok, ingin mengaji lagi,” tambahnya.
Pihaknya mengapresiasi para santri yang punya keinginan kuat untuk tetap kembali ke pondok. Hal ini menunjukkan bahwa para santri ini tidak hanya punya bekal ilmu mengaji dan mencari ilmu, namun akhlak mereka sudah terbentuk.
“Kami mendorong perlu ada pendampingan kepada orang tua korban dan pemulihan secara psikologis. Saya juga mengapresiasi Bapak Bupati yang mengawal dan menegaskan bahwa pemulihan biaya akan ditanggung pemerintah,” tegasnya.

Anggota Komisi D DPRD Sidoarjo, H. Sutadji menambahkan, pemulihan psikologis para korban memang wajib dlakukan. Hal itu diperlukan agar mereka tidak lagi trauma dan diharapkan balik lagi ke Pondok dengan kondisi yang sudah siap dan tidak dibayang bayangi kejadian musibah yang sudah terjadi.
“Kita harapkan Dinas terkait juga memaksimalkan tugasnya untuk membantu para korban dari musibah di Ponpes Al Khoziny,” kata H Sutadji.
Rencananya Komisi D DPRD Sidoarjo juga akan mengundang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait yang menjadi mitranya untuk memastikan bahwa mereka juga turut ambil bagian dalam musibah tersebut. DPRD Sidoarjo juga mengapresiasi seluruh pihak yang sudah turut serta membantu kejadian yang sempat menjadi perhatian nasional ini.
“Kami berencana untuk mengundang mitra kerja kami yang didalamnya akan membahas langkah apa saja yang sudah dilaksanakan oleh OPD atas tragedi kejadian ini. Tentunya dengan tupoksi masing-masing OPD,” kata Dhamroni.
Seperti diketahui musibah di Ponpos Al Khoziny membuat duka mendalam keluarga korban. Ada ratusan santri yang menjadi korban dengan jumlah 67 santri meninggal dunia dan lima orang lainnya mengalami cacat seumur hidup. (ADV/MAM)







