Oleh ADRIONO
Setiap melintasi jembatan Suramadu, Bupati Pamekasan, H. Baddrut Tamam, S.Psi menyadari, hingga kini kondisi daerahnya masih njomplang atau timpang bila dibanding dengan daerah lain, terutama di Jawa. Di Surabaya, dia masih melihat banyak gedung besar dan keramaian lalu lalang kendaraan. Begitu masuk Pulau Madura keadaannya jauh berbeda.
“Jangankan melihat wajah kotanya, melihat wajah orang-orangnya juga beda,” katanya saat audensi dengan pengurus DPP INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) Prov. Jatim, di Pendapa Kabupaten Pamekasan, belum lama ini.
Lalu Bupati Baddrut menyimpulkan, hingga kini jembatan Suramadu baru berfungsi sebagai sarana penunjang transportasi, belum menjadi jembatan kesejahteraan bagi masyarakat Madura. Tetapi, bukan berarti jembatan Suramadu tidak berguna, hanya efeknya belum maksimal.
Maka, dia mencoba mencari untuk menemukan sinergi yang pas antara karakter masyarakat, peluang usaha, dengan gerak pembangunan yang tengah digencarkan pemerintah daerah. Dengan latar belakang sarjana psikologi, Bupati Baddrut melihat terdapat banyak sisi positif dari suku Madura.
“Mereka (orang Madura, Red) memiliki etos kerja yang luar biasa,” katanya.
Ditambahkan, orang Madura ada di mana-mana, berani merantau dan ulet bekerja. Mereka ada di Surabaya, Malang, Jember, Jakarta, Bandung, dan sejumlah kota lain di Jawa. Mereka tersebar di luar Jawa, bahkan ada yang di Mekah dan Madinah. Profesinya juga bermacam-macam, dari qorik sampai korak ada.
“Tidak ada orang yang berani jualan emas di depan toka emas selain orang Madura. Tidak ada orang yang berani menjual bensin di depan pom bensin selain orang Madura. Pokoknya orang Madura itu selangkah lebih maju. Ndak tahu ini tandanya orang berani atau orang nekad,” katanya berseloroh.
Mungkin sebagian orang menyebut keberadaan mereka sebagai problem, tetapi bisa jadi ini juga sebuah potensi. Terlepas dari semua itu, menurut dia, seharusnya etos kerja tersebut dapat dikelola secara maksimal, sehingga membawa dampak yang positif bagi banyak pihak.
Etos kerja merupakan modal dasar yang bagus untuk pemacu percepatan pembangunan. Untuk itu, diperlukan kerja sama untuk menemukan rumusan yang tepat dalam mengelolanya dengan melalui multipendekatan dan multidisipliner.
“Oleh karena itu saya senang sekali mendapat tamu dari INKINDO Jatim. Sebab organisasi ini adalah tempat berkumpulnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu,” katanya.
Menurut dia, pola pikir masyarakat harus mendapat perhatian bila ingin membangun kesejahteraan. Umpamanya, bila membangun industri pariwisata. Di Pamekasan, atau di Madura pada umumnya, dunia pariwisata sudah cacat bahkan sebelum lahir.
Wisata dalam top of mind orang awam di Madura, masih negatif. Kesan pertama yang muncul di benak mereka saat mendengar kata ‘wisata’ adalah maksiat. Maka, cara pandang seperti itu harus dibenahi terlebih dahulu sebelum benar-benar mengembangkan sektor wisata beserta industri kreatif turunannya.
“Perlu dukungan semua pihak, mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, juga termasuk konsultan,” katanya. (*)
*) Penulis adalah penulis buku, konsultan media , dan pegiat literasi di Jaringan Literasi Indonesia (Jalindo).







