BANYUWANGI (RadarJatim.id) — Selain melakukan gerakan kontrol sosial sebagaimana sering dilakukan lazimnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Forum Rogojampi Bersatu (FRB) juga melakukan kegiatan literasi berupa bedah buku karya Moh. Husen, seorang pria berdomisili dan asli Kec. Rogojampi, Banyuwangi.
Hal ini dilakukan selain untuk memperkaya khazanah literasi anggota FRB dan masyarakat sekitar, sekaligus untuk mengapresiasi penulis buku di lingkungannya sendiri. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua FRB, Irfan Hidayat, usai bedah buku berjudul Setelah Kalah, Setelah Menang karya Moh. Husen.
Kepada sejumlah awak media, Irfan menyatakan senang dan bangga ada warga Rogojampi yang telah membuat buku yang ternyata sudah empat kali. Irfan juga mengundang Ricky Sulivan, pimpinan redaksi sebuah media online untuk turut membedah buku karya Moh. Husen.
Selain itu, menurut Irfan, acara bedah buku bisa saling melengkapi dalam memahami dunia literasi. Irfan berharap, dalam era digital saat ini, anggotanya dan masyarakat harus waspada dalam membaca tulisan yang sering di-share secara berantai tanpa sumber yang jelas serta berpotensi provokatif dan hoaks.
“Saya salut dengan Mas Husen yang sering menulis di media online dan sekarang sudah diterbitkan menjadi buku. Saya undang juga pimred media online agar saling melengkapi. Husen ini pengagum Cak Nun (Emha Ainun Nadjib, Red). Jadi membaca tulisan Husen ini sangat mengasyikkan, ringan, ada humornya, tapi penuh makna,” ujar Irfan, Sabtu (25/6/2022).
Dalam acara yang berlangsung sejak pukul 13.00 WIB, penulis yang akrab disapa Husen ini menjelaskan, pihaknya menulis hingga menerbitkan buku ini selain sebagai sebuah hobi, juga dalam rangka menyisipkan ide-ide yang muncul dibenaknya melalui esai ringan yang sepertinya hanya peristiwa atau obrolan sehari-hari.
“Isi buku ini ya peristiwa sehari-hari. Terkadang obrolan warung kopi. Namun ternyata percakapan warung kopi itu terkadang mencerahkan. Maka saya tulis. Saya sisipkan ide-ide melalui peristiwa sehari-hari,” terang Husen.
Husen mencontohkan, dari pertandingan sepak bola piala Eropa tahun lalu, bisa diambil hikmah atau mutiara ilmunya mengenai keniscayaan kalah dan menang. Husen mengajak merenungi, bahwa setelah kalah haruskah seseorang menjadi putus asa, namun jika menang setelah pernah merasakan kekalahan, haruskah seseorang berlaku sombong atau balas dendam.
Dalam peristiwa kalah menang pada sepak bola tersebut, Husen memberikan perenungan kisah Nabi Yusuf yang tidak dendam setelah dulu pernah dibuang ke dalam sumur oleh sebelas saudaranya. Dirinya memberi contoh seorang nabi, karena hanya manusia dengan kualitas nabi saja yang mampu konsisten.
“Selain nabi kan semuanya manusia biasa yang seharusnya bersikap rendah hati saja. Kalau mentang-mentang menjadi ini dan menjadi itu, nanti bisa menjadi tersangka perkara hukum,” tutur Husen sembari berkelakar.
Sedangkan Ricky Sulivan selaku pimred salah satu media online hanya menambahkan, antara menulis esai seperti yang dilakukan oleh Husen, dengan menulis berita, keduanya hendaknya jangan sampai melanggar kaidah hukum dan meresahkan masyarakat.
“Tulisan jenis apa pun kalau bersifat by data, jangan sampai salah dan harus akurat. Kalau tidak akurat bisa berisiko dengan hukum serta meresahkan masyarakat. Sebagai insan pers, saya berharap kita jangan sampai lelah menuliskan atau memberitakan kebenaran,” harapnya. (red)







