SIDOARJO (RadarJatim.id) – Perkumpulan Petani Pamakai Air (P3A) di Kabupaten Sidoarjo yang menerima Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) dari Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (PU RI) tahun 2025 ini, sebagian besar lebih senang menggunakan pasir batu (sirtu) dari pada pasir. Salah satunya saat awak media melakukan pemantauan di Desa Plaosan, Kecamatan Wonoayu pada Jum’at (19/9/2025) kemarin.
Berdasarkan pantauan dilapangan, diduga pengurus Himpunan Petani Pengguna Air (Hippa) Sumber Rejeki II lebih suka menggunakan material sirtu dari pada material pasir.
Penggantian spesifikasi material pasir ke sirtu akan membuat kualitas kontruksi bangunan semakin rendah, dan tidak sesuai tujuan akhir dalam perencanaan proyek pembangunan jaringan irigasi tersebut. Selain itu, harga sirtu lebih murah apabila dibandingkan dengan harga pasir.
“Sejak awal memang proyek ini menggunakan material sirtu, mas!,” kata salah satu petani saat ditemui awak media di lokasi proyek P3-TGAI di Desa Plaosan.
Selain menggunakan sirtu, penggunaan semen untuk campuran mortarnya juga tidak Standar Nasional Indonesia (SNI) yang tentu saja kualitasnya kurang bagus dan harganya jauh lebih murah.
“Semennya juga memakai merk yang jauh lebih murah dari harga semen Gresik,” ucapnya.
Pekerjaan dengan total panjang kurang lebih 260 meter yang sudah selesai itu, terlihat finishing atau aciannya seperti dikuas saja yang mengakibatkan plester mudah pecah dan retak-retak.
Seharusnya ada pengembangan atau penambahan volume pekerjaan, karena diduga Hippa Sumber Rejeki II dalam pengerjaan P3-TGAI menggunakan material, seperti sirtu dan semen tidak SNI yang harganya jauh lebih murah daftar harga material/billing quantity yang sudah ditentukan oleh Kementerian PU RI. (mams)