Prehatin, kurangnya tempat baca atau perpustakaan yang mudah ditemui oleh masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Iffa Soraiya warga Blok B-10 Perumahan Larangan Mega Asri, Sidoarjo rela mengorbankan rumahnya untuk dijadikan perpustakaan gratis. Ruang baca yang diberi nama ‘Bait Kata’ tersebut diisi dengan ribuan buku-buku koleksi pribadinya. Hingga sekarang membuat lapak-lapak teras baca di beberapa titik desa, yang kini menambah manfaat pertumbuhan ekonomi.
Berkat hobi membacanya itu, yang akhirnya bisa memfasilitasi anak-anak berkumpul untuk membaca buku-buku, literatur serta majalah. Perempuan kelahiran Jombang 1 Oktober 1968 ini, akhirnya juga bisa mendapat penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka 2017 dari Perpusnas. Yakni, penghargaan tertinggi dibidang perpustakaan yang diberikan pemerintah kepada pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih, dan dedikasinya dalam pengembangan perpustakaan dan budaya baca di Indonesia.
Itulah ungkapan Iffa Suraiya, saat menjadi tamu sebagai narasumber pada UKW (Uji Kompetensi Wartawan) jenjang Madya, oleh Dewan Pers Pusat, pada (15/10/2022) di Fave Hotel Sidoarjo.
Kiprah Iffa Suraiya ini memang patut dicontoh. Ketika banyak orang memilih memanfaatkan rumah sebagai tempat bisnis. Ia malah membuka perpustakaan gratis, hingga sekarang ini telah terisi sekitar 7 ribu buku. “Karena, selain menjadi tempat menyalurkan hobi, perpustakaan rumah juga berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi buku-buku terkenal,” jelas Mbak Iffa_sapaan akrabnya.

Rumahnya dua lantai yang selalu siap menyambut ramah pengunjung. Di sisi depan terdapat papan bertulisan ‘Bait Kata Library’ yang didirikan Iffa pada 29 Desember 2011. Bagian dalam perpustakaan dibuat sangat menarik. Masuk pintu utama, pengunjung disuguhi dua rak buku memanjang yang penuh dengan beragam jenis buku. Buku cerita anak dan untuk masyarakat. “Sedangkan untuk buku remaja, kebanyakan buku-bukunya untuk anak-anak, utamanya di Kali Bendo, di Bait Kata Center di Jombang akan dikembangkan buku untuk perpustakaan anak-anak,” terangnya.
Sedari kecil, saya senang membaca, buku kali pertama yang dibelinya adalah buku. Baginya, kakrena buku selain sumber hiburan, buku merupakan sumber ilmu yang tidak bisa digantikan. Makanya, saya tidak ingin peristiwa kehilangan buku terulang lagi. “Buku, majalah maupun literatur yang saya miliki semua ini. Berhasil menjadi perpustakaan mini keluarga ‘Bait Kata’ ini,” terang Iffa mengenang.
Hingga sekarang ini masih sulit untuk menjumpai tempat baca, atau perpustaan yang mudah dijangkau di masyarakat. “Saya berharap terhadap pemerintah, kalau bisa perpustakaan itu ada dimana-mana seperti toko swalayan, yang ada dihampir sudut desa dan maupun perumahan. Dan saya juga pernah mendapat bantuan dari pemerintah, namun nilanya tida seberapa, masih perlu banya lagi untuk mengembangkan tempat baca dan pustakawan,” harap Iffa Soraiya alumnus Jurusan Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) itu.(mad)







