KEDIRI (Radar Jatim.id) — Mentari pagi baru saja naik ketika alunan sholawat menggema dari pengeras suara di halaman balai Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Minggu (26/10/2025). Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) tumpah ruah di jalanan.
Sejak pagi buta, mereka berbondong-bondong mengikuti Jalan Sehat Santri Nusantara, kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025. Dari kejauhan, lautan manusia berbaju putih dan ada juga yang mengenakan jas hijau nampak bergerak perlahan.
Di tangan mereka, selembar kain bendera kecil NU berkibar lembut, seolah menyapa angin pagi yang membawa semangat Hari Santri. Itulah momen yang tak terlupakan bagi warga NU se-Kecamatan Badas. Sebuah kegiatan sederhana, “Jalan Sehat Santri Nusantara” namun sarat makna dan kebersamaan.
Ketua MWCNU Badas, Khoirul Basyar, mengatakan, kegiatan ini lahir dari kolaborasi antara MWCNU Kecamatan Badas, seluruh Banom muda, lembaga, dan pengurus ranting NU di delapan desa se-kecamatan Badas.
Acara yang diinisiasi MWCNU Kecamatan Badas ini berlangsung meriah. Tak hanya warga NU, seluruh Banom, lembaga, dan pengurus ranting NU se-Kecamatan Badas ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini lahir dari semangat bersama. Tidak ada yang berdiri sendiri. Semua Banom, semua ranting, semua lembaga NU di Badas bersatu. Inilah makna sebenarnya dari Hari Santri,” terangnya.
Ia menyampaikan, peringatan Hari Santri tahun ini digelar dengan dua bentuk kegiatan. Yang pertama, adalah dukungan terhadap upacara Hari Santri PCNU Kabupaten Kediri di Stadion Chanda Bhirawa, Pare, pada 22 Oktober kemarin. Sedangkan yang kedua adalah kegiatan mandiri yang diinisiasi sendiri oleh warga dan Banom muda di Kecamatan Badas.
“Kegiatan ini dari dan untuk warga. MWCNU hanya mengakomodir. Kami ingin menunjukkan, bahwa NU di Badas hidup, guyub, dan penuh semangat,” paparnya.
Dari segi peserta, antusiasme warga sungguh luar biasa. Panitia memperkirakan lebih dari 1.500 peserta mengikuti jalan sehat. Namun demikian, dari panitia telah menyiapkan 7.500 kupon door prize agar semua merasa dilibatkan. Juga sebagai antisipasi membeludaknya peserta jalan sehat santri Nusantara ini.
“Kami sengaja lebihkan. Kalau kurang itu risikonya besar, bisa menimbulkan kecewa. Tapi kalau lebih, ya hanya soal finansial,” ujarnya.
Tak hanya ramai, kegiatan ini juga memberi warna spiritual tersendiri. Melalui dukungan Biro Umroh LPNU MWCNU Badas, panitia menyiapkan hadiah utama DP Umroh senilai Rp5 juta untuk 10 orang.
“Hadiah ini bukan sekadar undian. Kami ingin mengajak warga Nahdliyin agar semakin dekat dengan ibadah. Kalau bisa berangkat Umroh, itu nikmat. Kalau belum, minimal ada dorongan niat baik ke sana,” jelas Basyar.
Di tengah perjalanan, suasana jalan sehat terasa seperti arak-arakan santri.
Anak-anak kecil berlari riang sambil membawa bendera NU, para ibu Muslimat mengibarkan selendang hijau, dan para anggota Ansor menjaga ketertiban sambil melantunkan yel-yel semangat.
“Rasanya seperti reuni keluarga besar NU. Kita tidak cuma jalan sehat, tapi juga menyambung silaturahmi. Ketemu teman, saudara, bahkan guru ngaji yang lama tak jumpa,” terang Malik, salah satu anggota Banom Kecamatan Badas.
Di panggung utama, Khoirul memandang keramaian itu dengan rasa syukur. Baginya, NU bukan hanya organisasi, melainkan rumah besar yang membuat generasi muda belajar arti kebersamaan.
“Di sini, semua punya tempat. Tidak ada yang kecil selama niatnya tulus untuk Nahdhatul Ulama,” katanya.
Ia mengingatkan, bahwa menjadi bagian dari NU tak harus punya jabatan di dalam struktur organisasi Nahdlatul Ulama.
“Kalau hanya bisa ikut mensyiarkan NU, itu pun sudah bagian dari khidmah. Semua punya peran berbeda, tapi semangatnya satu, berjuang untuk umat,” ucapnya.
Menutup kegiatan, panitia mengajak peserta bersholawat bersama. Suara ribuan orang bergema di lapangan, menciptakan suasana haru yang sulit dilupakan.
“Hari Santri bukan cuma tentang mengenang masa lalu. Ini tentang menjaga api perjuangan itu tetap menyala. Lewat hal sederhana seperti jalan sehat, kita belajar menjadi santri yang tidak hanya taat, tapi juga bermanfaat,” urainya.
“Kalau kita ingin diakui sebagai santrinya Mbah Hasyim, ya beginilah caranya. Terus ngurus NU, terus bergerak, terus menjaga kebersamaan,” imbuh Khoirul Basyar.
Dan pagi itu, di bawah langit Badas yang teduh, langkah-langkah santri Nusantara menjadi bukti semangat kebersamaan warga NU di Kecamatan Badas tidak pernah padam. (rul)







