Oleh Moh. Husen
Saya lupa kalau di Play Store ada aplikasi iPusnas. Sebuah aplikasi perpustakaan digital atau online yang merupakan produk dari Perpustakaan Nasional. Begitu ingat iPusnas, segera saya download, daftar, lalu masuklah saya ke perpustakaan digital yang keren itu.
Betapa mudahnya. iPusnas mengobati rasa kangen saya untuk membaca buku-buku lama karya seorang penulis yang saya kagumi. Bukunya berformat PDF. Lengkap satu buku penuh. Lumayan, untuk baca-baca mengisi waktu luang sembari nunggu teman di warung kopi.
Tentu saja tidak semua buku ada di iPusnas. Buku karya penulis favorit saya itu, semula saya sangka tidak ada, karena katagori kritis dan berani. Eh, ternyata ada. Meskipun dari seratus lebih buku karya Mr. Favorit ini, di iPusnas hanya tersedia kurang dari 20 buku.
Kita bisa bayangkan, betapa anak-anak generasi penerus bangsa kita akan sangat mudah mencari ilmu. Bahkan banjir ilmu. Hanya saja, apakah anak-anak itu–termasuk para guru, kepala sekolah, orang tua, hingga para pemangku kebijakan di negeri ini–rajin buka iPusnas atau TikTok dan Instagram, kita tunggu saja informasi dari tim survei nasional.
Tulisan ini bukan untuk mendewa-dewakan, apalagi meng-endorse aplikasi iPusnas. Bisa saja koleksi iPusnas belum tentu lengkap, sehingga jarang dikunjungi. iPusnas hanyalah satu jalan untuk membaca buku dalam bentuk e-book yang terformat PDF. Dan tentunya, kita tahu bahwa membaca buku atau teks tertulis, bukan satu-satunya hal yang perlu di baca dalam kehidupan ini.
Banyak sekali hal yang perlu kita baca. Mulai membaca diri kita sendiri, membaca lukisan, membaca lingkungan, membaca gerak penguasa menjelang pemilu, pokoknya membaca itu macam-macam. Belum lagi membaca kalam Tuhan melalui ragam ciptaan dan kehendak-Nya. Makna membaca itu luas dan tidak hanya sebatas membaca teks belaka.
Tapi, siang itu kangen saya tidak seratus persen bisa terobati oleh iPusnas. Pasalnya, ada buku yang masih tergolong baru, terbit setahun yang lalu tepatnya tahun 2022, namun nggak ada di iPusnas. Jelas tidak ada. Masak buku baru karya penulis ternama sudah bisa diakses secara gratisan di iPusnas? Maklum, saya ini kan kaum gratisan, hehe.
Buku yang saya cari itu sinopsis di cover belakangnya sangat menggoda saya: “Kita lupa, tak seorang pun bisa menjamin hasil akhir dari segala sesuatu yang kita usahakan. Kepastian memang tidak pernah terletak di tangan kita. Itulah sebabnya, kesadaran dan kemampuan berserah menjadi sangat penting.”
Wah, sial. Tulisan cover belakang itu sukses membuat saya penasaran. Itu pun masih ada lanjutannya: “Berserahlah, Biarkan Allah Mengurus Hidupmu—demikian pesan Emha Ainun Nadjib dalam buku ini, membahas sikap tawakal, syukur, dan ridha, dengan mentadaburi firman Allah yang berkaitan dengan ketiganya.”
Sebelumnya, sekitar dua mingguan yang lalu, ketika ngopi dengan kawan dekat saya, saya sempat mengatakan mengenai membaca teori itu bagaimana pun juga tetap penting. Apalagi selalu ada teori baru. So, jangan sampai kita tidak membacanya.
Akhirnya, saya seperti ditagih oleh ucapan saya sendiri untuk membeli buku baru. Maka pada Jumat sore, 6 Oktober 2023, buku Berserahlah, Biarkan Allah Mengurus Hidupmu, diterbitkan Noura tahun 2022, sampai ke rumah saya dengan selamat. {*}
Banyuwangi, 7 Oktober 2023
*) Catatan kultural jurnalis RadarJatim.id, Moh. Husen, tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.







