MOJOKERTO (RadarJatim.id) – Setelah kakak kelas SMA SAIM Surabaya berhasil mendaki Gunung Pundak di Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Kamis pekan lalu, kini adik kelas mereka tidak mau ketinggalan.
Sebanyak 77 siswa kelas 7 SMP SAIM sukses mendaki Gunung di Puthuk Gragal (±1.480 mdpl) lanjut ke Puncak Bidadari (±1543 mdpl) di kawasan Pacet, dalam acara Bravery Survival (BS) Gunung pada Rabu-Kamis (17–18/9).
Program BS Gunung khusus dirancang untuk membentuk mental pantang menyerah, melatih tanggung jawab, serta menumbuhkan keberanian menghadapi tantangan. Semua nilai ini menjadi bagian penting dalam future career planning, karena di dunia kuliah maupun pekerjaan, ketangguhan, kemandirian, dan kerja sama adalah modal utama untuk meraih kesuksesan.
Rombongan pendaki muda itu berangkat dengan antusias. Setiap siswa memanggul tas pendakian berisi perlengkapan pribadi dan kelompok. Beban itu terasa berat, terlebih saat jalur mulai menanjak. Namun semangat kebersamaan membuat semua mampu melewati jalur dan empat pos yang menantang, termasuk Tanjakan Opo yang terkenal penuh tantangan.
Sesampai di camping ground, siswa berlatih kemandirian secara nyata. Dalam kelompok, mereka mendirikan tenda secara mandiri, menyiapkan makanan, serta mengatur logistik. Tidak ada yang bekerja sendiri, setiap anggota memiliki peran penting. Dari proses inilah rasa tanggung jawab, disiplin, dan kepedulian terhadap kelompok terasah.
Sore itu, meski tubuh masih terasa letih, suasana camping ground penuh tawa. Anak-anak saling membantu menegakkan tenda, berbagi tugas memasak, hingga menikmati makanan sederhana yang terasa begitu istimewa.
Tengah malam, langkah kembali dimulai. Dengan headlamp di kepala, mereka menapaki jalur gelap dengan langkah hati-hati. Udara dingin menusuk, rasa kantuk menyerang, namun semangat tidak padam.
Tepat pukul 04.20 WIB, mereka berhasil sampai di puncak Puthuk Gragal. Rasa lelah berganti haru dan syukur. Di titik itu, mereka melaksanakan salat Subuh berjemaah, sebuah pengalaman spiritual yang mengikat perjuangan fisik dengan rasa syukur kepada Allah SWT.
Selepas Subuh, siswa mengikuti tadabur alam bersama Ustaz Shofi Abdillah. “Gunung ini adalah tanda kebesaran Allah. Manusia hanyalah makhluk kecil yang harus rendah hati, bersyukur, dan terus belajar. Dari alam kita diajari kesabaran, kebersamaan, dan ketekunan,” ujarnya.
Banyak siswa menatap sekitar, melihat pemandangan menakjubkan di hadapan mereka dengan kekaguman akan ciptaanNya, menyadari betapa besar kebesaran Sang Pencipta.
Ke Puncak Bidadari
Perjalanan berlanjut bagi siswa yang masih memiliki energi lebih. Mereka menapaki jalur menuju Puncak Bidadari. Rasa letih masih terasa, tapi tekad untuk melangkah lebih jauh menyalakan semangat. Setiap langkah adalah latihan nyata untuk tidak cepat puas dengan satu pencapaian.
Saat puncak kedua berhasil ditapaki, wajah-wajah bahagia memancarkan rasa bangga. Mereka sadar, pendakian ini adalah simbol kehidupan: semakin tinggi mimpi, semakin besar perjuangan.
Dalam penutupan BS Gunung, Ustazah Isna Maslikha, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan, berpesan: “Akan sangat disayangkan jika tidak muncul karakter baik setelah perjalanan ini. Kita telah melihat banyak hal: perhatian, kemandirian, dan keberanian. Sampaikan kepada Ayah Bunda kalian bahwa anaknya yang baru lulus SD kemarin, kini sudah mampu mencapai Puncak Puthuk Gragal, bahkan melanjutkan hingga Puncak Bidadari.”
Di perjalanan turun, Agha, siswa kelas 7, mengungkapkan pengalamannya. “Ini pertama kalinya saya mendaki, ternyata seru sekali. Saya jadi makin semangat karena keluarga saya juga suka mendaki. Saya merasa memang ada darah pendaki dalam diri saya. Dari sini saya belajar untuk tidak mudah menyerah dan bertanggung jawab, semua ini pasti berguna untuk masa depan saya, terutama untuk cita-cita saya masuk kedokteran Unair,” ujarnya. (rio)