MALANG (RadarJatim.id) – Jagat jurnalistik berduka. Wartawan senior yang juga Penasihat PWI Malang Raya, Yunanto, berpulang. Guru jurnalis yang dikenal tegas namun humanis ini meninggal di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (8/7/2021) dalam usia 67 tahun, setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit.
Kabar duka tersebut membuat sejumlah insan pers di Malang Raya (Kota/Kabupaten Malang dan Kota Batu), merasa kehilangan. Sebab, tokoh pers yang dikenal humanis dan berintegritas ini merupakan figur “langka” dan memiliki komitmen tinggi di dunia jurnalistik.
Hingga akhir hayatnya, Yunanto yang dikenal tegas dalam memegang prinsip ini belum memiliki rumah dan hanya tinggal di rumah kontrakan di pinggiran kota Malang. Namun, beberapa bulan terakhir, ia diboyong ke rumah putrinya di Samarinda, karena alasan kesehatan.
“Ya Allah, berikan Surga-Mu, tempat terindah buat Bapak Yunanto. Aku yang belum mumpuni menjadi wartawan sudah ditinggal pergi bapak Yunanto,” tulis Dian, sapaan Eko Sabdianto dalam status WA-nya.
Semasa hidupnya, Yunanto dikenal sebagai pribadi yang humanis, rendah hati dan menjadi tempat untuk bertanya. Selain itu, wartawan Harian Surabaya Post tahun 1982 – 2012 ini disapa sebagai guru jurnalis karena ketekunannya membimbing dan melatih wartawan pemula.
Ketika masih dalam perawatan, baik di rumah rumah putrinya maupun rumah sakit, Yunanto juga terus dalam perbincangan grup WA “Sby Post Mlg”, sebuah komunitas media sosial (medsos) yang mewadahi mantan pekerja pers koran sore Surabaya Post perwakilan Malang dari seluruh bagian, baik redaksi, pemasaran/sirkulasi dan administrasi, maupun iklan.
Untaian doa untuk kesembiuhan Mas Yun, demikian sapaan akrab Yunanto, tak henti-hentinya meluncur dari anggota grup yang pernah berkantor di Jl. Sultan Agung 4 Kota Malang ini. Perhatian mereka begitu besar terhadap perkembangan kesehatan sosok sederhana ini, meski keberadaan mereka terpencar di sejumlah kota di Indonesia.
Yunanto yang alumnus Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta ini merupakan sosok jurnalis senior di Malang Raya, termasuk bagi eks-awak media Surabaya Post. Ia dikenal loman atau tak pelit dalam berbagi ilmu jurnalistik kepada para wartawan muda. Karena itu, ia kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar atau diskusi jurnalistik. Terakhir, Yunanto tercatat sebagai Penasihat Persatuan Watawan Indonesia (PWI) wilayah Malang Raya periode 2021-2024.
“Saya ikut berduka cita yang mendalam. Almarhum orang yang baik, semoga Tuhan YME menerima semua kebaikannya. Aamiin,” tulis Andrek, mantan wartawan Surabaya Post asal Batu di grup WA.
Kendati telah lama pensiun dari Surabaya Post salah satu koran yang pernah terbesar di Jawa Timur itu, namun Yunanto terus berkarya. Tulisan-tulisannya banyak tersebar di berbagai media massa. Bahasanya lugas bersahaja dan mudah dipahami pembacanya. Selain aktif menulis, bapak dua anak dengan dua cucu ini juga kerap diundang sebagai nara sumber di berbagai seminar.
Kecintaannya terhadap profesi wartawan begitu kuat. Dalam berbagai kesempatan, ia mengatakan, wartawan harus terus menulis sampai memperoleh gelar tertinggi, yakni almarhum atau almarhumah, alias sampai meninggal.
Ya, Yunanto telah memenuhi komitmennya, menulis sampai akhir hayat. Kini, sang guru jurnalistik itu telah mendapatkan gelar tertinggi yang ia idam-idamkan. Selamat jalan, Mas Yun. (sha)






