BANYUWANGI, – Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2025, akan digelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Tradisi tahunan itu menjadi bagian dari Banyuwangi Festival (B-Fest) yang menyuguhkan ngopi massal, sekaligus menampilkan kekayaan budaya masyarakat Osing.
Meski bukan penghasil kopi, namun warga Desa Kemiren memiliki tradisi dalam menyuguhkan kopi. Anda datang warga pasti tak menolak, justru mempersilahkan.
Sebanyak 300 meja dan kursi disiapkan di sepanjang jalan Desa Kemiren. Tamu diundang maupun tak diundang boleh datang dan singgah di setiap meja yang disediakan.
Setiap tahun ribuan warga dan wisatawan memadati Desa Kemiren di Kabupaten Banyuwangi untuk menikmati kopi gratis, sambil merasakan suasana malam kental dengan budaya Osing.
Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara menilai Festival Ngopi Sepuluh Ewu bukan hanya budaya tapi juga penggerak ekonomi.
“Satu kuintal kopi robusta yang disajikan di rumah – rumah warga Desa Kemiren merupakan hasil perkebunan lokal dan dibeli dari pelaku UMKM untuk mendukung ekonomi lokal,” terang I Made Cahyana Negara.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu bukan hanya soal menyeruput kopi. Budaya ini mengajarkan arti sebuah kerukunan, kebersamaan dan pentingnya komunikasi.
“Ini sebuah festival budaya yang harus terus dilestarikan agar tidak terjadi paribasan tenong-tenongo irik kemureb, ngomong – ngomongo ngelirik baen sing aBanyuwangi Ketua DPRD Banyuwangi.
Jika wisatawan lokal dan mancanegara datang ke Desa Kemiren untuk mengikuti Festival Ngopi Sepuluh Ewu, warga lokal pun tak boleh ketinggalan.
Ngopi adalah budaya warga Banyuwangi, tradisi kebersamaan dan persaudaraan yang harus dipertahankan sebagai keunggulan pariwisata Banyuwangi.***







