GRESIK (RadarJatim.id) – Saat ini budi daya maggot sedang populer dan sangat prospektif. Oleh karena itu layak disosialisasikan agar semakin banyak warga masyarakat yang dapat mengambil keuntungan darinya. Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) merasa terpanggil untuk melakukan hal itu.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Glindah, Kec. Kedamean, Kab. Gresik mereka mengadakan pelatihan budi daya maggot kepada masyarakat, di pendapa Balai Desa setempat, Kamis (3/8) siang. Melalui paparan slide serta contoh nyata, Alsa Savira Srihandini, mahasiswi Unusa mengenalkan tentang maggot serta cara mengembangbiakkannya. Anisa Raura dari Prodi Manajemen melanjutkan dengan memperkenalkan kalkulasi bisnisnya.
Dijelaskan Alsa, maggot adalah fase larva dari serangga Hermetia illucens atau lebih viral disebut Black Soldier Flies (BSF) atau lalat tentara hitam. Serangga ini memakan material organik dan tidak menjadi medium penyakit.
“Jadi maggot tidak sama dengan belatung. Jika belatung berperan sebagai vektor penyakit, maka maggot justru berperan sebagai agen perombak organik,” kata mahasiswi Prodi Kedokteran semester VI itu.
Menurutnya, maggot yang berumur 20-25 hari dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan, pakan ayam, bebek, burung, hingga reptil. Larva ini mengandung nutrisi tinggi terutama protein dan lemak. Sangat bagus dibuat sebagai pakan ternak karena dapat berfungsi sebagai pengganti AGP (antibiotic growth promotor), meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap bakteri dan jamur, serta jenis asam aminonya komplet.
Dalam paparan Anisa Raura, budi daya maggot relatif mudah dan murah serta bernilai ekonomis yang tinggi. Sudah ramai dipasarkan secara online dan ternyata laris manis. Harga maggot kering berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu per satu ons.
Budi daya maggot tidak butuh tempat yang luas. Bisa dijalankan sebagai usaha kelas rumahan, meskipun juga bisa diproduksi dalam skala industri. “Makannya tidak rewel. Maggot mau memakan sampah organik apa saja, asal teksturnya jangan terlalu keras,” katanya.
Manfaat lainnya adalah maggot dapat digunakan untuk mengurangi sampah rumah tangga. Satu kilogram maggot sanggup melahap habis 2-5 kg sampah organik per hari. Saat ini kondisi sampah di Kab. Gresik sebanyak 200 ton, terdiri dari 40% sampah organik (komposisi sampah besar) dan 33,5% berasal dari rumah tangga. Andaikata budi daya maggot dilaksanakan secara massal di Gresik tentu dapat mengurangi sampah secara signifikan.

Suasana sosialisasi dan pelatihan maggot berlangsung gayeng dan diikuti peserta dengan antusias. Apalagi pada acara tersebut ditinjau oleh petinggi Unusa, jajaran rektor dan dosen pembimbing. KKN angkatan 27 tahun 2023 di Desa Glindah ini merupakan kali yang kedua.
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng, dalam sambutannya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Desa Glindah karena bersedia menerima mahasiswa Unusa. “Terima kasih ini penting saya haturkan, karena sekarang tidak semua desa mau ditempati mahasiswa KKN. Malah sempat viral di medsos ada mahasiswa KKN dari sebuah perguruan tinggi diusir dari desa karena ada persoalan yang berkait dengan ketersinggungan,” katanya.
Untuk itu dirinya berharap, agar segenap pamong desa bersedia membimbing mahasiswa yang ber-KKN di desa Glindah agar mereka mendapat pelajaran berharga yaitu ilmu tentang srawung (bergaul) dengan masyarakat luas.
Selain mengadakan pelatihan budi daya maggot, mahasisw KKN Unusa juga memberikan sosialisasi mengenai pengamanan data pribadi digital. Mereka memberi penyadaran agar warga desa waspada terhadap jebakan penipuan yang semakin meraja lela di dunia online. Selain itu mahasiswa KKN juga bergerak di bidang kesehatan menanamkan budaya hidup sehat dan bersih.
Warno, Kepala Dusun Glindah Lor, mengatakan, senang dengan adanya mahasiswa KKN di wilayahnya selama tiga minggu. “Mereka banyak membantu kami di sini. Macam-macam. Mulai dari mengajari anak-anak SD, membantu di Posyandu, PKK, dan mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis,” katanya. (rio)







