Oleh Nanang Haromain
Salah satu Daerah Pemilihan paling sengit di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 kemarin adalah Dapil Sidoarjo 3. Untuk mendapatkan 1 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo di Dapil Sidoarjo 3 ini, suara minimal partai politik (parpol) harus mencapai 12 ribuan suara. Sementara di Dapil lain, rata-rata nilai kursi minimal yang harus diperoleh hanya sekitaran 10 ribuan suara saja. Memang angka 12 ribu ini bukan parameter pasti untuk Pemilu 2024 nanti, tapi bisa menjadi tolok ukur data dinamis untuk nilai 1 kursi di Dapil Sidoarjo 3 nantinya.
Dapil Sidoarjo 3 kemarin juga mencatat kejutan dengan kemunculan pendatang baru yang perolehan suara sangat luar biasa. Suyarno, mantan Ketua Pimpinan Anak Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PAC PDIP) Prambon memperoleh suara 11.704 mengalahkan suara tokoh PDIP kawakan Almarhum Taufik Hidayat atau biasa disapa Gandu.
Nama Atok Ashari juga mencuri perhatian, pendatang baru dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini melenggang ke kursi parlemen dengan mendapatkan 10.002 suara.
Pada Pemilu 2019 tercatat, hanya 5 parpol yang mendapatkan kursi. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meraih kursi terbanyak, yaitu 3 kursi, disusul oleh PDIP 2 kursi. Sementara Gerindra, PKS dan Partai Amanat Nasional (PAN) masing-masing 1 kursi. PKB total meraih suara 60.847 atau sekitar 29 persen dari total 208.947 suara sah. Sementara 20 persen suara lainnya diraih oleh PDIP.
Dikaji dari derajat partisipasi politiknya, Dapil Sidoarjo 3 juga memiliki tingkat partisipasi politik di atas rata-rata nasional. Partisipasi pemilih mencapai 87,2 persen pada Pemilu 2019 lalu. Loyalitas dan antusiasme pemilih yang tinggi menjadi pondasi politik yang paling sulit digoyang.
Dengan besaran kekuatan pendukung sebesar itu, sulit bagi kekuatan politik mana pun untuk membalikkan kondisi. Terlebih, jika merujuk data historis Pemilu-pemilu sebelumnya, sebagian besar Dapil Sidoarjo 3 ini tergolong kurang kompetitif. Hampir tiap Pemilu tidak menghasilkan partai pemenang baru. Seringkali persaingan di dalam internal parpol lebih seru daripada persaingan dengan Calon Legislatif (Caleg) partai lainnya.
Kunci kemenangan PKB adalah komposisi Caleg yang mempunyai kemampuan merata. Kondisi kompetitif dalam satu Dapil ini memberi keuntungan politik bagi PKB. Sebut saja, H. Dhamroni Chudlori yang memperoleh 14.782 suara, H. Rezza Ali Faizin Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sidoarjo mendapatkan 10.326, sementara Iswahyudi memperoleh 9.376 suara.
Di Pemilu 2024 nanti, ketiga petahana ini juga masih maju berkontestasi. Apalagi kalau Atok Ashari jadi bergabung ke PKB. Atok yang mempunyai basis massa kuat warga Nahdhilyin seolah pulang ke rumah sendiri dan semakin memperkuat basis elektoral PKB.
PKB juga diuntungkan dengan kompetitor Caleg parpol yang kehilangan jagoannya. Widagdo, pemilik suara 12.827 sudah dipastikan tidak maju lagi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Begitu pula PDIP yang kehilangan tokoh PDIP kawakan, Almarhum Taufik Hidayat.
Itulah mengapa, jika pada Pemilu 2024 terjadi perubahan penguasaan parpol di Dapil Sidoarjo 3 ini, hal itu menjadi suatu kejutan besar. Kalaupun nanti ada kejutan adalah kemunculan Caleg muda potensial Harman Gopal dari PDIP dan Ivan dari Gerindra. (*)
*) Nanang Haromain, Pengamat Politik dan Mantan Komisioner KPU Sidoarjo, tinggal di Sidoarjo.







